Dalam konteks wayang, wahyu adalah hasil jerih payah orang yang berjalan menuju Tuhan. Hanya karena wayang harus realistis, maka penggambarannya sangat ekstrim tapi lembut.
Ekstrim, karena semua digambarkan dalam wujud. Sehingga proses Sang tokoh mendapat wahyu ini digambarkan secara vulgar dan nampak. Lembut dalam pengertian, keberhasilan Sang Tokoh yang kewahyon itu sangat multi tafsir atau dalam bahasa tarbiyah (-mungkin: kalau bahasa ini terlalu berani, maafkan 😊😊😊); kaya ibroh.
Misal lakon Wahyu Cakraningrat. Wahyu ini simbol siapa yang kelak akan menjadi raja di Astina. Disinilah kelembutan ibroh itu. Bukankah wayang syarat feodalistik?! Maksudnya bahwa syarat menjadi raja adalah anak raja? Tetapi TIDAK dalam lakon ini.
Kelak yang dapat wahyu adalah Abimanyu, anak Arjuna yang bukan raja. Dan meski anak raja, ia bukan putra pertama alias bukan putra mahkota. Berarti, lakon ini nyebal dari hukum kerajaan dan bisa ditafsirkan dengan demokratisnya jagad wayang (meski harus dengan bahasa wahyu).
Tetapi, yang pertama-tama dapat wahyu bukan Abimanyu. Pertama, wahyu hinggap kepada Lesmono. Dalam meraihnya, Lesmono bertapa dengan fasilitas VVIP. 😊. Maklum; ia putra raja besar nan kaya raya. Jadi saat itu, wahyu diperoleh dengan uangnya. Tetapi wahyu pergi karena Lesmono sombong.
Iklan
📌 Perjalanan Darat Sekayu Palembang sampai Semarang Waktu Tempuh Hanya 16 Jam, Dulu 2 Hari 1 Malam
📌 Angkutan Darat Bandara Dhoho Kediri Dilayani PO Damri dan Harapan Jaya, Disamping Gojek dan Maxim
📌 Contoh Ucapan Selamat Idul Fitri 1445 H 2024 dari Himpunan Kiriman Medsos | Copas
📌 Lirik Lagu Antara Benci dan Rindu – Yang Hujan Turun Lagi, Ratih Purwasih | MP3, Plus Versi Disco Nella Kharisma
Kissparry.com
Wahyu hinggap ke putra Dwarawati; Raden Samba. Merasa anak raja titisan dewa dan sekarang telah menggenggam wahyu, semua yang bertapa disuruh pulang karena lakon telah berakhir dengan wahyu dalam genggamannya. Wahyu pergi karena Samba sombong.
Sekarang wahyu hinggap ke Abimanyu. Saat itu ia bertapa bukan dalam lindungan prajurit atau pelayan istana. Ia hanya ditemani rakyat jelata Sang Punokawan Catur. Meski mendapat wahyu, ia tidak sombong. Yang dilakukan ialah sungkem dengan orang-orang tua dan mohon doa agar wahyu tetap dalam genggamannya.
Sekian…
Iklan
Masyarakat Peduli Wayang, 20.04.2017
(Ki Suparman)
Kiriman: LikKasjo Sekayu Palembang
Ilustrasi: Google