Gemi Nastiti Ngati-ati Prinsip Suara Merdeka Sejalan dengan Nilai Kepatrian

Suara Merdeka, sebuah koran harian yang terbit di Semarang Jawa Tengah, telah ikut mengantarkan pembangunan Jawa Tengah khususnya dan Indonesia pada umumnya, yang saat ini harian tersebut berulang tahun yang ke-68 (enam puluh delapan).

Suara Merdeka
Ultah Suara Merdeka ke-68

Artinya harian Suara Merdeka telah menemani pembacanya sudah 68 tahun. Selama kurun waktu itu saat ini Surat kabar Suara Merdeka merupakan Surat Kabar Terpopuler Nomor 1 dan Paling Banyak Dibaca di Jawa Tengah.

Seperti dilansir di harian tersebut yang terbit 11 Februari 2018, bertepatan dengan ulang tahunnya dengan judul Belajar Sejarah dari Sosok Hetami, disampaikan bahwa H Hetami merupakan wartawan senior yang humanis dan menjadi panutan, bahwa Sang Pendiri menanamkan tiga prinsip yaitu gemi, nastiti, ngati-ati.

Menurut Amir AR (sesepuh Suara Merdeka), sebelum meninggal Sang Pendiri berpesan agar menjaga tiga prinsip kewartawanan dalam bekerja. Tiga prinsip itu adalah gemi, nastiti, ngati ati. Makna gemi harus ikhlas, nastiti harus teliti, dan ngati-ati harus waspada dengan dampak.

Tiga prinsip yang dikembangkan Suara Merdeka tersebut ternyata sama dengan Nilai Kepatrian yang ke-3 dari PATRI (Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia), dan oleh sebab itu sudah sepantasnya apabila KissParry ikut mangayubagya ulang tahun Harian Suara Merdeka.

Dalam penerapan tiga prinsip, GEMI, NASTITI, NGATI-ATI, untuk PATRI ada sedikit perbedaan aplikasi, namun intinya tetap sama.

Gemi artinya hemat. Suatu sikap selalu bersyukur atas rizki yang diterimanya. Contohnya, ketika panen tiba (panen padi, jagung, palawija, dll). Seberapapun hasil panen itu, tidak akan dihabiskan untuk dimakan. Sebagian panenan, misal jagung yang tongkolnya bagus, disimpan di “pogo” untuk persiapan bibit tanam berikutnya. Tongkol dan biji yang tidak seragam dipisah untuk dimakan sehari-hari. Tongkol lainnya dipipil dan dijual. Uangnya dikirimkan ke kota, untuk anaknya yang sedang “ngenger” sambil sekolah.

Adapun Nastiti artinya cermat. Kata nastiti hampir sama dengan gemati. Kalau gemati cermat dalam menjaga dan memelihara agar barangnya lebih awet, maka nastiti cermat dalam menghitung penghasilan, agar tidak sampai thekor. Syukur-syukur bisa menabung.

Terakhir, Ngati-ati artinya berhati-hati. Mengingat bahwa di kimtrans semuanya serba baru. Rumah, tetangga, kebiasaan, tempat, dan suasana baru, maka mereka berusaha berhati-hati dalam segala hal. Misalnya, dalam tutur sapa sangat dijaga, agar tidak menyinggung perasaan. Tidak asal bicara kalau tidak tahu dan tidak diminta.

Mari kita pegang tiga prinsip tersebut, ditambah dengan Nilai Kepatrian yang lain.

Keindahan Kerja

Suguhan utama dalam rangka ulang tahun kali ini berjudul 68 Tahun Keindahan Kerja, mereka mengaku bahwa Suara Merdeka adalah segelintir koran Indonesia yang tetap eksis pada usia hampir tujuh dasa warsa. Sejak terbit kali pertama pada 11 Februari 1950, hingga kini masih setia menyambangi pembaca. Tentu, pencapaian ini tak datang begitu saja.

Kemampuan Suara Merdeka meniti waktu dan melayari perubahan zaman merupakan buah dari kerja keras dan keuletan pengelolanya, mulai dari Hetami, dilanjutkan oleh Budi Santoso, hingga kini sampai ke tangan Kukrit Suryo Wicaksono. Hetami mendirikan Suara Merdeka di tengah euforia kemerdekaan Indonesia.

Harian Soeloeh Rakjat yang diterbitkan Regeerings Voorlichtingen Dients (RVD) diambil alih oleh Hetami. Setelah beberapa tahun mendompleng percetakan milik NV Handelsdrukkerij de Locomotief, Suara Merdeka akhirnya bisa memproduksi koran dengan mesin sendiri.

Satu unit percetakan yang terdiri atas empat mesin intertype dan satu mesin cetak flatbed half rotation press merek Buhler itu diperoleh dengan cara sewa beli (huurkoop) Dengan kemampuan mencetak 6.000 eksemplar per jam, mesin baru itu mempermudah kerja awak Suara Merdeka.

Karena mesin baru itu pulalah, Suara Merdeka yang sebelumnya terbit sore, sejak 1956 dapat menjumpai pembacanya di pagi hari.

Seiring berjalannya waktu, Suara Merdeka semakin maju. Oplahnya pun bertambah banyak. Pada Maret 1963, Suara Merdekamenempati bangunan milik sendiri di Jalan Merak 11A. Pada dasarnya, Hetami dan Suara Merdekamenolak politik afiliasi.

Menurutnya, surat kabar harus bebas dari kepentingan kelompok tertentu. Afiliasi hanya akan menimbulkan bias pada pemberitaan yang disajikan kepada masyarakat.

Pendirian inilah yang melatari kemunculan motto ”Independen, Objektif, Tanpa Prasangka” pascaterbit kembali pada awal Orde Baru. Secara tegas ia katakan bahwa Suara Merdeka adalah koran yang berdiri di atas semua golongan.

KissParry – PATRI

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca