Tanaman merambat seperti lada, sirih, kecipir, anggur, kacang panjang, dan sejenisnya memerlukan lanjaran. Jika tanpa lanjaran dia akan tumbuh “liar” dan hasilnya tidak optimal.
Anak trans mestinya tahu. Lanjaran adalah tempat berkembangnya tanaman merambat, yang dibuat dari bambu, kayu, atau pohon hidup. Lanjaran ada juga yang berbentuk para-para.
Dengan adanya lanjaran itu, maka buahnya yang menggelayut tersangga dengan baik. Tidak sampai menyentuh tanah.
Baca juga : Tradisi Tirakatan (Renungan) 1 Sura, 1 Muharram di Kampungku | Selamat Tahun Baru
Apa yang menarik dari lanjaran? Kita barangkali ada yang masih ingat pepatah, kacang lupa lanjaran. Kacang (panjang) lupa penyangganya. Tahu sendiri, kacang panjang yang tanpa lanjaran akan tumbuh tidak beraturan. Bahkan buahnya cepat busuk ketika menyentuh tanah. Terlebih saat hujan.
Lanjaran ini menjadi penting ketika penghidupan kita semakin sukses. Merasa sudah kaya, pandai, dan berkedudukan tinggi, kita kadang mengabaikan lanjaran kita. Lanjaran bisa dimaknai sebagai simbol pedoman hidup.
Pedoman itu umumnya ada pada kelompok organisasi, dan pada lembaga keagamaan. Mengapa berkelompok? Karena dalam kelompok itu ada berkumpul orang yang lebih tua, para pakar, dan mereka yang berpengalaman.
Kacang panjang (Vigna sinensis) atau lada (Piper nigrum) yang lupa penyangganya, hidupnya akan liar. Berbuah lebat, tapi tidak beraturan, dan cepat busuk.
Orang yang meninggalkan lanjaran mudah lupa diri. Mereka lupa, bahwa kekayaan, jabatan, dan keberhasilan jika tanpa dipandu pedoman hidup justru mencelakakan.
Sekarang ini sudah banyak Saudara kita yang sukses hidupnya. Karena merasa sukses, terkadang merasa mampu sendiri, tak membutuhkan lagi nasihat dan persaudaraan.
Sengaja menghindar, agar tidak dimintai bantuan. Bahkan ada yang tega. Menyingkirkan sahabat sejatinya, dan menggantinya dengan kroni yang pandai memuji serta cari muka. Nanti, penyesalan akan datang ketika telah terpuruk, dan para pemujanya sudah meninggalkannya. Kadang kita mudah melupakan.
Baca juga : Selingan | Sepuh, Sepah, Kolot… | Renungan bagi yang Merasakan
Dulu kita pernah mengalami, besok apa makan? Kini kita ada yang sudah pada taraf: besok makan apa, dan besok makan dimana. Lebih celaka-semoga tidak pernah ada-besok makan siapa. Naudzubillah..
Sebagai sesama anak trans saya selalu berdoa dan berharap, semoga Keluarga Besar Transmigran tidak lupa diri. Semoga PATRI semakin kokoh sebagai lanjaran, tempat kita saling menasihati dengan tulus tanpa prasangka.
Mari saling mengingatkan. Kita hidup bukan untuk melampiaskan syahwat kekayaan, kekuasaan, dan perilaku syetan. Jati diri kita tetap rendah hati guyup rukun, seperti yang dicontohkan orang tua kita. Kacang turut lanjaran…
Baca juga : Renungan Kader: Akar (Rumput) PATRI
Baca juga : Renungan Harkitnas | BAGAIMANA MEMBANGKITKAN PAPUA SELATAN?
by LikKasjo
Sumber Hasprabu (Renungan Kader PATRI)
Editor Kissparry
Catatan: Posting ujicoba di jaringan 4G Telkomsel baru, Tenggulang Baru
Alhamdulillah. Sudah turut mengarsipkan tulisan-tulisan sederhana ini. Semoga ada manfaatnya, dan yang telah mengarsipkan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Tetap semangat.
Aamiin… Pak Hasprabu ditunggu artikel-artikel selanjutnya…