Gotong Royong adalah budaya khas Indonesia, tak memandang pejabat atau rakyat, laki atau perempuan, remaja atau dewasa, jika sudah disepakati kerja bakti, semua harus menaati, kalau tidak ya kena pinalti.
Pagi ini (12/7), warga Rejosari RT 04 Desa Donoyudan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen (Jawa Tengah) mengadakan kerja bakti pengecoran rumah milik warga setempat. Ini bukan kerja bakti biasa.
Model borongan alias tanpa perhitungan jumlah orang dan hari. Selesai pekerjaan langsung dibayar kontan. Lumayan, kerja bakti dari jam 6 pagi hingga jam 10, ada tambahan uang kas RT sebesar 3,5 juta. Wow…..
Begitulah salah satu cara warga untuk mendapatkan tambahan uang kas. Tidak semata mengandalkan iuran rutin per bulan. Namun, ada upaya lain yang cukup elegan dan hasilnya lumayan besar.
Gimana nggak besar. La kerja 4 jam dibayar sebesar itu. Bayangkan, butuh berapa bulan jika hanya menunggu iuran rutin. Hehehe…
“Model ini sudah lama dipraktikkan di kampung saya”, ujar Johan W dari Kumpulan Orang Sragen. Kadang ada tawaran ngecor jalan. Bikin talut atau pondasi jalan. Uruk dan lain-lain.
Pekerjaan itu dimulai ada tawaran warga, lalu dibahas dalam rapat bersama warga, dan dieksekusi alias dikerjakan bersama-sama. Hasilnya, kekompakan warga menghasilkan solidaritas yang sangat tinggi.
Laki-laki tua, dewasa, dan remaja hadir semua. Ibu-ibu masak bikin sarapan. Anak-anak mengantar ember-ember. Semua bekerja bersama-sama.
Bagi warga yang tidak bisa hadir, ada konsekuensinya. Pilih cari tenaga pengganti atau bayar denda 100 ribu untuk kas.
Namun, sebenarnya denda itu hanya wujud kekompakan saja. Kita, semua warga, lebih berharap agar semua warga bisa gotong royong daripada kasih denda.
Inilah budaya khas Indonesia : gotong royong. Tak memandang pejabat atau rakyat, laki atau perempuan, remaja atau dewasa. Jika sudah disepakati kerja bakti, semua harus menaati….
Semangat terus ya…
Dilansir dari KWS Kumpulan Wong Sragen
diunggah oleh Eswede Weanind
editor Lik Kasjo
