Bumi Lancang Kuning Sebutan untuk Riau, Inilah Asal Mulanya

Bumi Lancang Kuning begitu sangat terkenal, namun mungkin belum ada yang mengetahuinya, nama itu merupakan sebutan untuk Riau (Pekanbaru).

Seperti kita kietahui bahwa Provinsi Riau sekarang memekar menjadi dua yaitu Provinsi Riau (daratan) dan Provinsi Kepulauan Riau yang sering disebut Kepri, dan penulis sendiri tinggal di Kepri karena Batam merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau.

Masyarakat Riau ataupun Kepulauan Riau mungkin tidak asing dengan istilah Bumi Lancang Kuning, seperti halnya masyarakat Palembang mengenal daerah mereka dengan sebutan Bumi Sriwijaya.

Jika di Palembang ada Universitas Sriwijaya (UNSRI) maka di Pekanbaru juga ada Universitas Lancang Kuning (Unilak), dan beda kedua universitas tersebut tentang pengelolaan, jika UNSRI dibawah Kemdikbud (Dikti) maka Unilak dibawah Yayasan (LLDikti).

Tugu Lancang Kuning (doc.liputan6)

DIkutip dari liputan6.com, inilah Pantun yang populer di Riau, khususnya masyarakat Melayu.

Lancang Kuning berlayar malam.
Haluan menuju ke lautan dalam.
Kalau nahkoda kuranglah paham.
Alamat kapal akan tenggelam.
Lancang kuning menentang badai.
Tali kemudi berpilit tiga.

Filosofi dari baitnya mengisahkan bagaimana pemimpin (nakhoda) mengarungi lautan agar kapal (lancang) yang digambarkan sebagai pemerintahan tak karam.

Hingga kini tak diketahui pencipta pantun itu. Namun, Lancang Kuning tetap abadi karena disematkan sebagai sebutan untuk Riau. Begitu mendengar kata Lancang Kuning orang tertuju ke daerah yang berada di timur Pulau Sumatra itu.

Tak diketahui pasti sejak kapan Riau disebut sebagai negeri atau bumi Lancang Kuning. Tak disebut pula siapa orang pertama yang memberi gelar ke daerah yang dulunya ada kerajaan Melayu penguasa Selat Malaka ini.

Mendiang budayawan Riau, Tenas Effendy, dalam sebuah tulisannya berjudul Lancang Kuning pernah menyinggung kenapa Riau diberi gelar dengan sebutan itu. Dia menyebut sebutan ini sebagai tanda kegemilangan Riau sebagai daerah.

Menurut Tenas, Lancang berarti kapal besar yang biasa digunakan raja-raja mengarungi lautan. Kapal ini juga tanda komando armada perang di lautan yang dikendalikan laksamana ataupun raja.

Sementara Kuning sendiri merupakan warna kebesaran dalam tradisi Melayu. Kuning selalu ditemukan dalam berbagai upacara, pakaian, riasan dan baju kebesaran petinggi adat, meski dipadu dengan warna lain.

Lancang atau kapal sangat akrab dengan masyarakat rumpun Melayu. Dengan ragam kerajaannya, misalnya Lingga di Kepulauan Riau atau Siak serta Indragiri di Riau, rumpun Melayu membentang dari laut China hingga Selat Malaka.

Lancang ini disebut sebagai pemersatu antar pulau-pulau dalam bentangan rumpun Melayu. Lancang juga mempermudah raja berpindah ke suatu daerah yang menjadi kekuasaannya.

Dengan demikian, Lancang Kuning menandakan Riau sebagai kerajaan Melayu sangat mengusai maritim.

Di sisi lain, Lancang Kuning juga menggambarkan kejelian pemimpin dalam memerintah daerah. Makanya dalam pantun itu ada kalimat “berlayar malam, kalau nahkoda kuranglah paham, alamat kapal akan tenggelam”.

Berlayar pada malam hari tentu saja berbeda dengan siang. Nahkoda pada siang hari berpedoman pada matahari sehingga semua orang bisa melakukannya. Berbeda dengan malam karena nakhoda harus paham arah angin dan membaca bintang.

Tidak semua orang bisa membaca bintang. Makanya diperlukan nakhoda lihai untuk membawa kapal besar dalam sebuah lautan yang luas atau pemimpin bijaksana menjalankan pemerintah.

Dengan demikian, pemimpin yang paham tentang seluk beluk daerah menjadi syarat mutlak bagi Riau.

Berikutnya, sebuah kapal dalam berlayar pasti bertemu badai. Makanya ada kalimat “Lancang kuning menentang badai, tali kemudi berpilit tiga”.

Kalimat tersebut saling berkaitan. Di mana ada masalah, di situ pula ada cara seorang pemimpin menyelesaikan. Apakah dengan sesuka hati atau melibatkan unsur lain (berpilit tiga).

Dalam berbagai literatur, pilit tiga dalam Melayu terdiri dari tiga unsur, yaitu umara (cerdik pandai atau bisa saja perdana menteri), tetua adat dan terakhir ulama atau orang paham agama.

Karena Melayu sarat dengan nilai-nilai Islam, posisi ulama menempati posisi paling atas. Ketiga unsur itu menjadi syarat bagi raja dalam mengambil keputusan ketika menghadapi permasalahan.

Pertimbangan ketiga unsur ini kemudian menjadi konstitusi. Menjadi aturan bagi raja dalam menjalankan pemerintahan agar tidak melenceng dan berakibat merugikan rakyat.

Makanya dalam pantun yang kemudian digubah menjadi lagu itu, ditambahkan bait “selamatlah kapal menuju pantai, pelautlah pulang dengan gembira”.

Lancang Kuning menjadi Lagu Daerah Provinsi Riau

Lancang Kuning merupakan salah satu lagu daerah Provinsi Riau, dan inilah syair lagunya.

Lancang Kuning – Riau

Lancang kuning lancang kuning
seludang mayang seludang mayang
Lancang kuning lancang kuning
seludang mayang seludang mayang

Bertolak petang berlayar malam di alam kelam
Bertolak petang berlayar malam
Berlayar malam di alam kelam
Lancang kuning lancang lancang kuning
Lancang lancang kuning
Lancang seludang mayang

Angin turut angin turut
Layar mengembang layar mengembang
Angin turut angin turut
Layar mengembang layar mengembang

Laut beralun berombak riak membanting lambung
Laut beralun berombak riak membanting lambung mengayun-ayun
Lautan beralun mengayun-ayun lautan beralun mengayun-ayun

Sembah sujud sembah sujud
Duduk bertelut duduk bertelut
Sembah sujud sembah sujud
Duduk bertelut duduk bertelut

Jari sepuluh susun menyembah tunduk kepala
Duduk bersimpuh tunduk membungkuk seikhlas hati mohon dimaafkan
Serba kesalahan mohon dimaafkan serba kesalahan mohon dimaafkan

Sumber: Kapanlagi

Inilah sedikit kisah tentang asal mulanya Lancang Kuning.

Salam

oleh Elvisalvito (tinggal di Batam, Prov. Kep Riau)
editor Eswedewea

One thought on “Bumi Lancang Kuning Sebutan untuk Riau, Inilah Asal Mulanya


  1. Saya juga baru tahu kalau disebutnya Lancang Kuning. Terima kasih. Dari istilah tersebut ternyata sangat filosofis sekali. Juga mengandung nilai-nilai seni, budaya dan sejarah.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca