Tradisi Berfikir

Tradisi berfikir sengaja dilontarkan oleh Lurah DPP PATRI, maksudnya Lurah disini ialah Ketua Umum. Forum PATRI ini tidak hanya khusus anggota saja.

Tradisi Berfikir

Saya pernah menulis sedikit tentang kurang gregetnya tradisi ilmiah di PATRI. Padahal tak kurang-kurangnya anak trans yang punya posisi akademis di atas rata-rata. Bukan sekedar ada, tapi sudah banyak yang menjadi profesor, doktor, PATI TNI-POLRI, dan apalagi S2.

Sepertinya ini berkaitan dengan masalah psikososiologis. Kita tahu, tradisi berorganisasi secara formal dan nasional bagi anak keturunan Transmigran baru dimulai 2004. Sejak lahirnya PATRI. Padahal kiprah Transmigrasi sudah dimulai sejak masa kolonisasi (1905). Sebelum itu aktivitas anak transmigran belum terorganisir.

Warga Transmigran di masa lalu, yaitu orang tua yang melahirkan kita saat ini, umumnya petani pekerja. Boleh dikata tani utun. Sehingga kebiasaan yang menonjol adalah sebagai produsen.

Bekerja lebih menonjol dibandingkan sebagai aktivis. Bandingkan dengan profesi buruh. Mereka lebih agresif, progresif, militan, mobilitas tinggi, dan ahli unjuk rasa. Ibaratnya, tak ada hari tanpa unjuk rasa.

Sebaliknya, Transmigran. Walaupun tanah yang dijanjikan tidak sesuai kenyataan, bahkan puluhan tahun hidup dalam ketidak pastian, banyak yang mampu bertahan. Nrimo. Hampir bisa dihitung dengan jari. Berapa jumlah demo yang dilakukan oleh warga Transmigran?

Dalam menyongsong era millenium 4.0 ini, aktivis PATRI perlu memikirkan postur PATRI kedepan. Saya mengusulkan, agar mulai tahun ini digali, dikembangkan, dan digemakan tradisi ilmiah dilingkungan organisasi kita. Minimal ditingkat DPC, mengaktifkan diskusi sebulan sekali sambil konsolidasi organisasi.

Apalagi di setiap DPC sudah ada para pengurus yang juga pakar. Jika mereka sering diundang sebagai narasumber di tempat lain, mengapa di lembaganya sendiri tidak bisa?

Seperti, yang profesinya NGO/LSM, bisa berbagi pengalaman dalam advokasi. Yang di BAPPEDA, bisa cerita tentang RPJMN/D. Yang di Agraria, bisa berbagi pengalaman tentang proses penyelesaian lahan. Yang jadi TNI-POLRI, bisa diskusi tentang AGHT, perang proxy. Yang pejabat negara atau legislatif, bisa berbagi info politik. Yang pengusaha, bisa berbagi informasi mengaktifkan HW TRANS, dan lainnya.

Kita juga bisa belajar dan membandingkan dari ormas senior sebelum kita. Diantaranya, ada Muhammadiyah yang sudah berdiri sejak 1912. NU sejak 1926. Dan lain-lain. Mereka butuh waktu panjang untuk eksis hingga sekarang. Mereka sudah punya perguruan tinggi, universitas, rumah sakit, dan lainnya.

Jika tradisi ilmiah ini berjalan lancar, insya Allah PATRI akan menjadi ormas besar dimasa depan. Mengapa?. Karena PATRI mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh ormas manapun, yaitu didalam PATRI ada unsur Perekat Nasional lintas Agama, Suku, dan Budaya.

Mari saudaraku, kita jadualkan agenda diskusi ilmiah ini. Ikan sepat ikan gabus, semakin cepat semakin bagus.

KoDe: 07.04.2019
@Lurah DPP PATRI


Dikirim oleh Hasprabu Ketum DPP PATRI
Diunggah oleh Lik Kasjo (Sunaryo, M.Si.)
Editor oleh Kissparry Wea

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca