1 (satu) Sura merupakan tanggal pertama untuk penanggalan Jawa, dan biasanya bersamaan dengan 1 (satu) Muharram tanggal pertama untuk penanggalan Islam.
Tirakatan (renungan) tahun baru Islam bertepatan dengan tahun baru Jawa, yakni malam 1 Sura (Jawa) biasanya bertepatan dengan malam 1 Muharram (Islam) sudah menjadi tradisi dibeberapa wilayah Jawa atau masyarakat Jawa yang tinggal dimana pun berada.
Kalau pun tidak dilaksanakan secara bersama-sama seperti di kampungku, mungkin dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau sekelompok orang, karena penanggalan Jawa dimulai dari Sura.
Bulan-bulan dalam kalender penanggalan Jawa ada 12 yaitu 1. Sura, 2. Sapar, 3. Mulud, 4. Bakda Mulut, 5. Jumadilawal, 6. Jumadilakir, 7. Rejeb, 8. Ruwah, 9. Pasa, 10. Sawal, 11. Dulkaidah, dan terakhir 12. Besar

Nama-nama bulan tersebut adalah sebagai berikut (dikutip dari Wikipedia)
- Warana • Sura, artinya rijal
- Wadana • Sapar, artinya wiwit
- Wijangga • Mulud, artinya kanda
- Wiyana • Bakda Mulud, artinya ambuka
- Widada • Jumadilawal, artinya wiwara
- Widarpa • Jumadilakir, artinya rahsa
- Wilapa • Rejeb, artiya purwa
- Wahana • Ruwah, artinya dumadi
- Wanana • Pasa, artinya madya
- Wurana • Sawal, artinya wujud
- Wujana • Sela, artinya wusana
- Wujala • Besar, artinya kosong
Kalender Jawa berusaha menggabungkan periode peredaran bulan, periode saptawara (mingguan) dan pancawara (pasaran) dan membuat rumusan agar penanggalan mudah dipahami oleh masyarakat luas dengan cara sederhana.
Untuk memperoleh rumusan tersebut, maka diambil perhitungan siklus 8 tahun yang disebut windu. Dalam 1 windu, pergantian tahun (tanggal 1 bulan Sura) selalu jatuh pada hari-hari tertentu dan membentuk pola yang akan berulang di windu berikutnya.
Pada awal diterapkannya kalender Jawa pada tahun 1555 Jawa Islam, ditentukan tanggal 1 Sura pada tahun Alip selalu jatuh pada hari Jumat Legi.
Namun untuk penyesuaian siklus bulan yang sesungguhnya maka setiap kurup (periode 120 tahun/15 windu) ada 1 hari yang dihilangkan. Pada saat ini, tanggal 1 Sura tahun Alip jatuh pada hari Selasa Pon, karenanya periode ini disebut dengan siklus kurup Alip Selasa Pon/kurup Asapon.
Di bawah, disajikan nama-nama tahun dalam satu windu pada kurup Asapon:
| # | Nama tahun | tanggal 1 Sura jatuh pada hari | Hari |
|---|---|---|---|
| 1 | Alip | Selasa Pon | 354 |
| 2 | Ehé | Sabtu Pahing | 355 |
| 3 | Jimawal | Kamis Pahing | 354 |
| 4 | Jé | Senin Legi | 354 |
| 5 | Dal | Jumat Kliwon | 355 |
| 6 | Bé | Rabu Kliwon | 354 |
| 7 | Wawu | Ahad Wage | 354 |
| 8 | Jimakir | Kamis Pon | 355 |
| Total | 2.835 | ||
Jumlah hari adalah 2.835, genap dibagi 35 hari pasaran.

Awal mulanya, peringatan 1 Sura / 1 Muharram di kampungku tidak seperti ini, yakni masing-masing rumah atau anggota Kepala Keluarga kumpul di lapangan yang telah ditentukan dengan membawa makanan dan minuman masing-masing untuk dinikmati bersama-sama, tentu diawali dengan berdoa bersama.
Ada yang membawa nasi gudangan, ada yang membawa nasi tumpeng lengkap, ada yang membawa buah-buahan, ada yang membawa air minum (teh, kopi), ada yang membawa cemilan atau jajajan.
Bahkan kalau makanan banyak, setelah dimakan bersama-sama, sisanya dibawa pulang dengan cara tukar menukar makanan.

Waktu itu biasanya kami membawa buah-buahan, dan yang membawa buah bisanya juga tidak seorang tetapi ada beberapa orang. Setelah acara doa bersama dan makan bersama kemudian peserta kembali ke rumah masing-masing.
Beberapa tahun belakangan ini, kemudian tradisi tirakatan dan doa bersama Malam 1 Sura / Malam 1 Muharram lebih terkoordinir, sebab cara-cara lama tersebut bisa lebih banyak memakan biaya, karena masing-masing rumah (KK) membawa nasi beserta lauk-pauknya, meskipun ada yang membawa buah dan minuman.

Semula peserta atau warga bebas datang atau tidak datang, kemudian setelah dikoordinir oleh pengurus RT, maka diharapkan seluruh warga bisa datang pada acara malam tirakatan pergantian tahun Jawa/Islam.
Hidangan dibuat standar, yaitu nasi gudangan dan sebuah tumpeng lengkap, minuman air putih dan teh panas, buah-buahan juga tidak beraneka macam.


Salam
Satu komentar pada “Tradisi Tirakatan (Renungan) 1 Sura, 1 Muharram di Kampungku | Selamat Tahun Baru”