LRT (Lintas Rel Terpadu – Light Rail Transit) Palembang yang dikabarkan sepi, ternyata masih diminati oleh masyarakat setempat atau pun pendatang, apakah karena saat ini libur Nataru (Natal dan tahun baru, 28/12).
Saat kami tiba di Kota Palembang yang ada dibenak adalah mengunjungi Jembatan Ampera yang legendaris dan naik LRT Kereta Layang Palembang. Saya menyebut kereta layang karena kereta api ini berjalan diangkasa dengan ketinggian sekitar rumah tingkat 4 (empat).
Transportasi masal yang berjalan diketinggian sekitar diatap rumah lantai 3 – 4 ini memiliki beberapa fasilitas disetiap stasiun, seperti lift, eskalator, toilet, ruang tunggu, dan juga ada kantin atau depot-depot makanan dan minuman.
Saat berangkat, telah disediakan eskalator atau lift untuk naik ke dek atas, tetapi saat turun hanya disediakan lift saja sedangkan eskalatornya sebagai anak tangga untuk turun, atau bisa melalui anak tangga darurat.
Sehingga, untuk kaum sepuh yang sudah lelah untuk naik turun dengan jalan kaki, bisa melalui lift yang tersedia, dengan mengantri, tentunya.

Sekilas LRT Palembang
Seperti dikutip dari Wikipedia, Lintas Rel Terpadu (LRT) Sumatera Selatan, umumnya dikenal sebagai LRT Palembang adalah sebuah sistem angkutan cepat dengan model Lintas Rel Terpadu yang beroperasi di Palembang, Indonesia, menghubungkan Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Kompleks Olahraga Jakabaring.
Pembangunan LRT ini difungsikan sebagai sarana transportasi penunjang warga Palembang dan sekitarnya, termasuk untuk menunjang mobilitas penonton dan atlet pada Pesta Olahraga Asia Diperkirakan proyek ini menghabiskan dana sedikitnya Rp10,9 triliun rupiah.
LRT Sumatera Selatan dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional III Palembang. LRT ini merupakan sistem kereta ringan modern pertama di Indonesia yang beroperasi secara praktis.
LRT Palembang berjalan melalui rel-kereta-layang tanpa balast dengan lebar sepur 1.067 mm (3 ft 6 in), yang membentang sepanjang 23,4 kilometer (14,5 mil) dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di ujung barat menuju Depot OPI di ujung timur.

Teknologi persinyalan kereta ini menggunakan metode sinyal fixed-block, dengan dilengkapi peralatan rel ketiga. Rel kereta dibangun menyeberangi Sungai Musi, sejajar dengan Jembatan Ampera.
Pemerintah menargetkan jumlah penumpang sebesar 96.000 orang perhari melalui proyek ini dengan perkiraan pertambahan jumlah penumpang hingga 110.000 orang perhari pada tahun 2030.
Tarif dan Pembayaran
Tarif sekali angkut penumpang kereta ini sebesar Rp5.000,00 perpenumpang dari dan ke stasiun mana saja, kecuali untuk ke Stasiun Bandara SMB II dipatok tarif Rp10.000,00 perpenumpang.
Tarif ini disubsidi pemerintah dengan kisaran Rp200–300 miliar setahun hingga jumlah penumpang yang menaiki moda ini dapat menutup biaya operasional.
Berikut ini adalah kartu uang elektronik perbankan yang disahkan oleh LRT Palembang:
- BRIZZI (Bank BRI)
- TapCash (Bank BNI)
- e-Money (Bank Mandiri)
- Flazz (Bank BCA)
- BSB Cash (Bank Sumsel Babel)
Harga tiket yaitu :
- Bandara – DJKA, harga tiket 10k (Rp10.000,-)
- Dari stasiun mana aja jika turun di Bandara atau DJKA harga tiket 10k (Rp10.000,-)
- Harga tiket ke stasiun yg lain selaian di atas 5k (Rp5.000,-)
Stasiun
Ada 13 stasiun pada jalur LRT ini dan 1 depot. 12 stasiun di antaranya telah beroperasi sejak 6 Oktober 2018. Setiap rangkaian kereta akan berhenti selama 1 menit di setiap stasiun, kecuali di setiap stasiun akhir perjalanan rangkaian kereta akan berhenti selama 10 menit 5 di antara 13 stasiun yang ada dilengkapi dengan jembatan penghubung dengan bangunan-bangunan di sekitarnya.
Direncanakan setiap stasiun LRT Palembang akan terhubung dengan layanan bus Trans Musi yang telah beroperasi sebelumnya.
| Nomor stasiun | Stasiun | Layanan Penghubung | Tempat terdekat | Keterangan | |
|---|---|---|---|---|---|
| Trans Musi (nonaktif) | Teman Bus | ||||
| P01 | Bandara SMB II | Koridor 5 | Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II | Dibuka pada 1 Agustus 2018 | |
| P02 | Asrama Haji | Koridor 5 & 6 | Koridor 4, 1F, 2F & 3F | Asrama Haji Palembang | Dibuka pada 7 September 2018 |
| P03 | Punti Kayu | Koridor 1, 6 & 9 | Koridor 1F | Punti Kayu, Gramedia World Palembang | Dibuka pada 24 September 2018 |
| P04 | RSUD | Koridor 1, 6 & 9 | Koridor 6F | RSUD Siti Fatimah | Dibuka pada 25 September 2018 |
| P05 | Garuda Dempo | – | Korem 044/Garuda Dempo | Dibuka pada 19 Oktober 2018 | |
| P06 | Demang | Koridor 2 | Koridor 1 & 2 | SMKN 2 Palembang | Dibuka pada 6 Oktober 2018 |
| P07 | Bumi Sriwijaya | Koridor 3 & 7 | Koridor 2, 3 & 7F | Palembang Icon, Stadion Bumi Sriwijaya | Dibuka pada 1 Agustus 2018 |
| P08 | Dishub | Koridor 7 | Koridor 3 | Kantor Gubernur Sumatera Selatan | Dibuka pada 20 September 2018 |
| P09 | Cinde | Koridor 1, 6, 7, & 9 | Koridor 1 & 3 | Pasar Cinde | Dibuka pada 1 Agustus 2018 |
| P10 | Ampera | Koridor 1 & 3 | Koridor 1 | Jembatan Ampera, Pasar 16 Ilir, Benteng Kuto Besak | Dibuka pada 1 Agustus 2018 |
| P11 | Polresta | Koridor 9 | Koridor 3 dan 4F | Mapolresta Palembang, Kantor Pusat Bank Sumsel Babel | Dibuka pada 27 September 2018 |
| P12 | Jakabaring | Koridor 9 | Kompleks Olahraga Jakabaring | Dibuka pada 1 Agustus 2018 | |
| P13 | DJKA | Koridor 9 | Koridor 5F | OPI Mall, Perumahan Ogan Permata Indah | Dibuka pada 1 Agustus 2018 |
Stasiun LRT DJKA (Direktorat Jenderal Perkeretaapian) adalah sebuah stasiun yang melayani angkutan LRT Palembang yang terletak di Sungai Kedukan, Rambutan, Banyuasin, Sumatera Selatan, dan berbatasan langsung dengan wilayah timur Kota Palembang.
Stasiun LRT Bandara SMB II adalah sebuah stasiun yang melayani angkutan LRT Sumatera Selatan (Palembang) yang terletak di Bandara Sultan Mahmud Badarrudin II Palembang, dekat dengan lapangan parkir mobil, sebelah kanan gedung, yang terhubung.
Rute Asrama Haji – Ampera
Stasiun Asrama Haji menjadi awal perjalanan mencoba LRT Palembang kali ini, yang kebetulan berdekatan dengan salah satu agen bus Sekayu – Palembang.
Saat sampai di salah satu stasiun keberangkatan, apabila melakukan perjalanan bersama rombongan, silakan salah satu saja yang membeli tiket.


Tujuan perjalanan yaitu menuju ke stasiun Ampera (Jembatan Ampera) untuk berkunjung ke jembatan yang legendaris dan fenomenal.
Setelah dari Jembatan Ampera kami turun ke anjungan dermaga untuk naik perahu ketek, tetapi karena ombaknya agak besar, sehingga diputuskan ke tempat lain saja, yakni mengunjungi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, dan ke pasar (diterbitkan dengan tema berbeda)
Dari Stasiun Asrama Haji ke Stasiun Ampera dikenai tarif Rp5.000,- perorang.

Saat tiba di stasiun silakan menuju ke loket pembelian tiket, sampaikan ke petugas untuk pergi ke stasiun mana, jumlah tiket yang dibeli untuk berapa orang.
Pembayaran bisa secara tunai atau dengan uang elektronik, sehingga memudahkan calon penumpang.
Tiketnya akan digunakan untuk membuka pintu keberangkatan atau kedatangan, sehingga jangan sampai hilang.
Rute Ampera – Bandara SMB II
Perjalanan berikutnya adalah Stasiun Ampera menuju ke Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, yang mana setelah Stasiun Asrama Haji menuju ke Bandara SMB II kami rasakan merupakan trak yang paling panjang.
Mengapa turun di Bandara SMB II Palembang? Ya, karena tempat tinggal (markas) Kissparry Palembang dekat dengan bandara SMB II.

Ternyata saat masuk ke gerbong kereta dari Ampera ke SMB II, kami harus berdiri bergelantungan karena penumpangnya ternyata penuh tidak menyisakan tempat duduk.
Terlihat beberapa gerbong juga penuh dengan penumpang, dan banyak yang berdiri.
Setelah sampai Stasiun Asrama Haji penumpangnya banyak yang turun, sehingga kami dapat tempat duduk.
Tarif yang kami bayar perorang adalah Rp10.000,-, sementara rombongan yang bersama kami yaitu dari Semarang dan Sekayu, termasuk kami sendiri dari Jambi.
Tanda Tiket (Karcis) Jangan Sampai Hilang
Ketika membeli tiket kita akan memeroleh lembaran tiket yang digunakan untuk masuk dan keluar stasiun secara elektronik, sehingga lembaran tiket jangan sampai hilang atau rusak.
Anda bisa menunggu aba-aba atau petunjuk dari petugas, ketika akan masuk (keberangkatan) atau ketika akan keluar (kedatangan).
Dimungkinkan kita salah menggunakan pintu, seperti yang dialami oleh keluarga Kissparry waktu itu. Untung ada yang berjaga-jaga dari salah satu anggota rombongan tersebut.

Inilah pengalaman pertamaku dan beberapa anggota keluarga yang lain (Jambi, Batam, Semarang) saat menjajal LRT Sumatera Selatan (Palembang).
Jika Anda pergi ke Palembang dan berada di kota ini, maka silakan mencobanya.
Semoga bermanfaat
oleh Suwarno Wardana
editor Eswedewea
Satu komentar pada “Mencoba LRT Kereta Layang Palembang 2023 | Jembatan Ampera – Bandara SMB II Palembang”