Lima Pelajaran Hidup dari Hikmah Puasa Ramadan

Bismillaah, FIVE LIFE LESSONS. Puasa tidak akan berakhir, Al-Qur’an tidak akan pergi, masjid dan mushalla tidak akan ditutup, do’a tidak akan berhenti diijabah dan pahala tidak akan diputus.

Maka setelah Ramadhan, jadilah hamba-hamba Allah yang tidak pernah berhenti beribadah (Rabbaniyyun) kepada-Nya. Jangan menjadi hamba-hamba-Nya yang hanya semangat beribadah di bulan Ramadhan (Ramadhaniyyun) saja.

Semakin kita ingin berubah untuk menjadi lebih baik, semakin hebat ujian yang Allah berikan. Untuk menjadi orang yang lebih baik tidak dihasilkan dari kemudahan dan kenyamanan, tapi mereka dibentuk dengan berbagai ujian berat dalam menjalankan ibadah kepada Allah (QS. 2:214).

Dan setiap ibadah yang diperintahkan Allah dan dituntun Rasulullah, pastinya memiliki banyak hikmah dan filosofi yang bisa dijadikan bekal dan pelajaran hidup dan kehidupan kita ke depan.

Baca juga : Tentang Sakit Hati | Edisi Maaf Memaafkan

Meski Ramadhan 1445 H (2024). telah meninggalkan kita sepuluh hari yang lalu, minimal ada 5 pelajaran hidup (Five life lessons) yang dapat dipetik oleh orang-orang beriman yang lulus meraih derajat taqwallah.

Pertama, Discipline (Disiplin)
Sahur, berbuka, shalat tepat waktu, tadarus Al-Qur’an, i’tikaf, dan menuntut ilmu-ilmu syar’i di bulan Ramadhan, melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin.

Dampaknya paska Ramadhan, seorang Muslim memiliki karakter disiplin yang kuat untuk mengerjakan berbagai kewajiban dan tidak menunda-nundanya. Dan memang disiplin menjadi sifat orang yang taat dan bertaqwa (QS. 4:59).

Baca juga : Pengertian Puasa Syawal, Amalan Setelah Bulan Ramadan

Kedua, Self Control (Pengendalian Diri)
Rasa lapar, haus dan menahan syahwat selama berpuasa, sesungguhnya mendidik kita untuk latihan sabar dan mengendalikan diri.

Dampaknya paska Ramadhan, setiap Muslim mampu menunda kesenangannya sesaat untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang Allah, yang kemudian akan dibalas dengan kenikmatan tanpa batas di akhirat (QS. 79:40).

Rasulullah bersabda, “Bukanlah orang kuat itu yang menang ketika bertanding, tetapi orang kuat itu adalah yang mampu mengendalikan nafsunya ketika marah.“ (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Baca juga : Sejarah dan Filosofi Ketupat dan Lepet di Hari Idul Fitri (Syawal) Masyarakat Jawa

Ketiga, Respect (Menghormati)
Salah satu ciri dari orang bertaqwa adalah hidup saling menghormati dan memuliakan orang lain. Karena, tidak ada manusia yang paling mulia di sisi Allah, kecuali orang yang paling bertaqwa (QS. 49:13).

Dampaknya paska Ramadhan, menghormati dan memuliakan orang lain menjadi sebuah keniscayaan, siapapun dan apapun profesi mereka. Karena, dengan menghormati dan menghargai orang lain sesungguhnya kita sedang menghormati dan memuliakan diri sendiri.

Keempat, Giving (Memberi)
Rasa lapar dan haus selama berpuasa Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk melatih kepekaan sosial kita. Perasaan tersebut memotivasi kita untuk banyak bersedekah dan berbagi kepada kaum dhu’afa.

Dampaknya paska Ramadhan, setiap Muslim yang bermurah hati kepada sesamanya pasti dimudahkan Allah semua urusannya. Abdurrahman bin ‘Auf banyak mengeluarkan sedekah, membuatnya kewalahan menerima keuntungan dari bisnis yang dijalaninya.

“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah,” demikian kata Rasulullah. Maka, sungguh nyata bahwa giving is receiving (memberi itu hakikatnya menerima). Dan hidup tidak pelit menjadi karakter orang-orang yang bertaqwa (QS. 34:39).

Kelima, Gratitude (Bersyukur)
Setelah kita menyempurnakan bilangan puasa di penghujung Ramadhan, maka besarkanlah nama Allah agar kita tambah bersyukur kepada-Nya
(QS. 2:185).

Dampaknya paska Ramadhan, orang yang pandai bersyukur akan memanfaatkan apa yang dimiliki saat ini, sekecil apapun itu, sebagai bekal untuk hidup lebih optimis dan maju. Maka, sibukkan hidup ini dengan banyak bersyukur atas nikmat Allah yang tak terbatas, seperti air jernih yang terus mengalir dari mata air pegunungan.

Firman Allah, “Dan jika kamu mau menghitung nikmat Allah, pasti kamu tidak akan sanggup menghitungnya”
(QS. 16:18).

Baca juga : Arti dan Sejarah Halal Bihalal di Indonesia

Simpulan

Paska Ramadhan ini, minimal ada lima pelajaran hidup sebagai bukti bahwa kita tetap semangat beribadah kepada Allah selepas bulan Ramadhan.

Dengan disiplin, pengendalian diri, menghormati, memberi dan bersyukur, menjadi bukti nyata taqwa kita sebagai hamba-hamba-Nya yang Rabbaniyyun.

Fastabiqul khairaat …

Salam

Ditulis oleh Nur Alam (19 April 2024)
Dikirim oleh Indahwati via Medsos

Diunggah/editor Eswedewea

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.