SOTO BU AMIR, YOSODIPURO SOLO

    Copas grup sebelah….

    SOTO BU AMIR*

    Dalam perjalanan kerja ke Solo, satu hari saya mampir makan di warung soto dekat hotel tempat saya menginap.

    Habis Jum’atan saya mampir ke warung soto itu karena sangat ramai dikunjungi pelanggannya. Saya pikir soto ini pasti enak karena pengunjungnya sampai ke teras warung…
    Suasananya rada aneh, ketika saya lihat sekeliling meja, banyak sekali abang-abang becak yang makan di sana.

    “Hemmm.. Pantesan rame, sotonya memang benar-benar enak !”

    Ketika selesai makan dan mau membayar,
    Bu Amir pemilik warung soto itu melarang saya mengeluarkan uang.

    “Tidak usah bayar Dik, terima kasih atas kunjungannya.”.. ..
    Dengan penuh rasa heran saya bertanya alasannya kenapa gak boleh bayar ?

    “Ini hari Jumat Dik, di sini tiap hari Jumat gratis!

    Masya Allah, terjawab sudah kenapa sebagian besar yang makan di warung ini tukang becak.

    Setengah bingung saya mencoba mendekat ke tempat Bu Amir duduk. “Ibu, apa tidak rugi jual soto seharian tidak dapat uang?”, tanya saya setengah menyelidik.
    “Dik, dari hari Sabtu sampai hari Kamis kan alhamdulillah kami di kasih rezeki, di kasih untung sama Allah !!!

    Kalau kami bersyukur dengan cara menggratiskan satu hari, untung kami masih sangat banyak untuk ukuran kami.

    Kalau mau jujur seharusnya kami memberikan hak kepada Allah minimal 30% !
    Coba adik pikir, siapa yang menggerakkan hati pelanggan-pelanggan kami untuk datang kemari ?

    Kalau kami harus membayar salesman, berapa uang yang harus kami bayar ?

    Semoga dengan 1/7 bagian ini Allah ridho. Sebagian besar dari hasil usaha ini kami gunakan untuk membiayai 4 anak kami.
    Mereka kuliah semua Dik. Satu di kedokteran UGM, satu di Teknik Sipil ITB, yang 2 lagi di UNS sini. Kalau bukan karena pertolongan Allah, mana bisa usaha kami yang sekecil ini membiayai kuliah 4 orang !”
    Bu Amir menjelaskan panjang lebar.

    Jelegerrr.. !!! Saya seperti disambar petir.

    Warung soto sebesar ini bisa membiayai anaknya 4 kuliah di Universitas Negeri semua!
    Malah masih bisa memberi makan kepada tukang-tukang becak dan semua orang yang berkunjung ke warungnya setiap HARI JUMAT, GRATIS lagi.

    Saya tidak kehilangan akal, untuk membayar rasa kagum dan rasa bersalah makan soto gratis, saya masuk mall.
    Saya membeli dompet cantik buat hadiah Bu Amir.
    Saya pikir, masa Bu Amir tidak mau di kasih dompet secantik ini ?”
    Dalam waktu tidak sampai satu jam saya sudah kembali ke warungnya.

    “Lho, kok balik lagi, ada yang ketinggalan Dik ?”, sapa Bu Amir heran.

    “Mohon maaf Bu, ini hadiah dari saya tolong diterima.
    Anggap saja sebagai kenang-kenangan dari saya buat ibu yang telah memberi pelajaran hidup yang sangat berarti buat saya.”

    Dengan senyum tulus dan bicaranya halus Bu Amir menolak:
    “Dik, terimakasih hadiahnya.
    Maaf, bukan ibu menolak. Ibu cukup pakai dompet ini saja,
    kenang-kenangan dari suami ibu ketika beliau masih ada.
    Awet banget, utuh sampai sekarang masih bagus.”

    Bu Amir menepuk bahu saya.
    “Bawa saja pulang dan hadiahkan buat istrimu. Percayalah, istrimu pasti senang dapat oleh-oleh dari Solo.
    Adik mampir di warung Ibu saja sudah merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai.
    Ibu senang, benar-benar senang sudah bisa ngobrol sama adik.”
    Begitu kata Bu Amir sambil tersenyum.

    Saya kehilangan akal dan hanya bisa pamit sambil menundukkan kepala ….

    Selamat hari yang berkah

    Lokasi di : Yosodipuro dekat museum Pers Solo 👍🏾

    by Dewi

    Tinggalkan Balasan