Firaun, Mumi-nya Mengejutkan dari Aspek Ilmiah

Terkait dengan mumi Firaun, Presiden Perancis menawarkan kepada Kerajaan Mesir bantuan untuk meneliti, mempelajari dan menganalisis mumi Firaun, Ramsess II yang sangat terkenal, pada tahun 1976.

Mumi adalah sebuah mayat yang diawetkan, dikarenakan perlindungan dari dekomposisi oleh cara alami atau buatan, sehingga bentuk awalnya tetap terjaga. Ini dapat dicapai dengan menaruh tubuh tersebut di tempat yang sangat kering atau sangat dingin, atau ketiadaan oksigen, atau penggunaan bahan kimiawi. (wikipedia).

ramses2
Ramses II Mesir

Firaun yang dikatakan hidup di zaman Nabi Musa yang akhirnya mati tenggelam dalam Laut Merah ketika mengejar Musa dan para pengikut Baginda yang melarikan diri dari kekejamannya.

Mesir menyambut baik tawaran itu dan mengirimkan mumi itu dengan diterbangkan ke Paris. Malah ketika sampai di sana kedatangan mumi itu disambut dengan pesta dan keramaian.

Presiden Mitterand dan para pemimpin Perancis yang lain tunduk hormat ketika mumi itu dibawa lalu di hadapan mereka.

Mumia itu kemudian diletakkan di ruang khusus di Pusat Arkeologi Perancis.

Di situ ia bakal diperiksa sekaligus dibongkar rahasianya oleh para pakar, dokter bedah dan autopsi Perancis yang dipimpin oleh dokter yang sangat terkenal, Prof. Dr. Maurice Bucaille.

Bucaille seorang pakar bedah kenamaan Perancis yang dilahirkan di Pont-L’Eveque pada 19 Juli 1920. Berawal dari bidang pengobatan, pada tahun 1945 beliau dinobatkan sebagai pakar di bidang gastroentorologi.

Banyak dari pemimpin dunia menggunakan keahlian Dr. Bucaille, termasuk Raja Faisal Arab Saudi dan pemimpin Mesir, Anwar Sadat.

Lalu kesempatan beliau untuk membedah dan meneliti mumi Firaun, dengan seluruh tenaga dan pikirannya untuk menguak misteri di balik penyebab kematian raja Mesir kuno itu.

Ternyata, hasilnya sangat mengejutkan.

Dr. Bucaille menemukan sisa-sisa garam yang masih melekat pada jasad mumi tersebut sebagai bukti terbesar bahwa Firaun itu mati akibat tenggelam di dalam laut.

Yaitu jasadnya segera dikeluarkan dari laut, ‘dirawat’ segera dan dijadikan mumi supaya jasad itu awet.

Namun penemuan itu menimbulkan persoalan yang sangat besar bagi Dr. Bucaille.

Bagaimana jasad tersebut masih dalam keadaan sangat baik dibandingkan jasad-jasad yang lazimnya tenggelam dan dikeluarkan dari laut?

Lalu beliau menyiapkan sebuah laporan akhir yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu proses menyelamatkan mayat Firaun dari laut dan kaedah pengawetannya.

Laporan tersebut diterbitkan dengan tajuk; Mumi Firaun: Sebuah Penelitian Pengobatan Modern (judul asalnya; Les Momies Des Pharaons Et La Midecine).

E-koran penerbitan laporan itu, Dr Bucaille dianugerah penghargaan tertinggi kerajaan yaitu Le Prix Diane Potier-Boes (Penghargaan Dalam Sejarah) oleh Academie Frantaise dan anugerah Prix General dari Academie Nationale De Medicine, Perancis.

KISAH FIRAUN DI DALAM AL QURAN

Mumi Ramses

Namun seorang rekan sempat membisikkan kepada Dr. Bucaille bahawa penemuan ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru.

“Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya umat Islam telah berbicara mengenai peristiwa Firaun yang mati lemas dan mayatnya dipelihara sehingga hari ini!”

Namun kata-kata itu ditentang keras oleh Dr. Bucaille karena beliau menganggap sangat mustahil.

Baginya membongkar sebuah misteri yang lama tidak mungkin dapat diketahui kecuali dengan perkembangan teknologi modern, peralatan canggih yang mutakhir dan tepat.

Dr. Bucaille menjadi serba salah dan bingung apabila diberitahu bahawa al-Quran yang diyakini dan dipercayai oleh umat Islam juga telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan kemudian mayatnya diselamatkan.

Beliau semakin tertanya-tanya, bagaimana perkara seperti itu dapat diterima oleh akal karena mumi itu baru saja ditemukan sekitar tahun 1898 M.

Sedangkan al-Quran telah ada di tangan umat Islam sejak ribuan tahun sebelumnya.

Sambil mata tidak lepas memandang mumi Firauan yang terbujur di hadapannya, Dr. Bucaille terus tertanya-tanya bagaimana al-Quran dapat membicarakan kisah Firaun yang jasadnya diselamatkan dari hancur sejak ribuan tahun lalu.

“Apakah masuk akal di hadapanku ini adalah Firaun yang mencoba menangkap Musa (Nabi)? Apakah masuk akal Muhammad (Nabi) mengetahui hal sejarah ini? Pada hal kejadian Musa dikejar Firaun telah berlaku sebelum al-Quran diturunkan,” bicara hatinya sendirian.

Lalu beliau mendapatkan kitab Injil yang di dalamnya hanya membicarakan Firaun yang tenggelam di tengah laut saat mengejar Nabi Musa tetapi tidak diceritakan mengenai mayat Firaun.

Sementara dalam Kitab Perjanjian Lama (Injil Lama) pula yang diceritakan dalam kitab itu hanyalah: “Air (laut) pun kembali seperti sebuah lautan yang berombak dan beralun, menenggelamkan kereta-kereta (chariot) kuda, pasukan berkuda dan seluruh bala tentera Firaun tanpa ada seorang pun yang berhasil menyelamatkan diri. Tetapi anak-anak Israel dapat menyelamatkan diri atas daratan kering di tengah-tengah laut itu”. (Exodus 14:28 dan Psalm 136:15)

Dr. Bucaille sangat terkejut karena tidak ada disebut langsung mengenai apa yang terjadi seterusnya kepada mayat Firaun selepas tenggelam itu.

Ini menjadikan beliau semakin kebingungan.

Apabila mumi dikembalikan lagi ke Mesir, Dr. Bucaille terus mendapatkan kepastian mengenai mumi itu.

Lalu beliau memutuskan untuk bertemu dengan para ilmuwan Islam mengenai sejarah Nabi Musa, kekejaman Firaun hingga Bani Israel meninggalkan Mesir dan dikejar Firaun dengan seluruh bala tentera di belakang mereka.

Maka salah seorang mereka terus bangun dan membaca ayat al-Quran berhubung sejarah tersebut untuk Dr. Bucaille mendengarkannya sendiri:

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badan kamu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudah kamu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Yunus: 92)

Mendengar ayat ini, hati Dr. Bucaille benar-benar tersentuh. Beliau akhirnya mengakui kebenaran ayat itu karena ia dapat diterima akal dan memberikan satu inspirasi serta dorongan kepada sains untuk maju lebih jauh lagi.

Lalu dengan hati yang begitu bergetaran dalam menahan decak kagum, beliau pun bangun dan dengan suara yang lantang berkata: “Sesungguhnya aku masuk Islam dan beriman dengan al-Quran ini.”

Tidak sekadar beliau mengakui kebenaran dan memeluk Islam tetapi beliau kemudian pulang ke Perancis dengan menggali seluruh isi al-Quran.

Akhirnya beliau berhasil menerbitkan buku yang sangat mengejutkan seluruh dunia dan sehingga kini telah diterjemahkan dalam pelbagai bahasa pada tahun 1976, yaitu The Bible, the Qur’an, and Science : The Holy Scriptures Examined in the Light of Modern Knowledge.

Melalui buku ini, Dr. Bucaille yang kemudiannya dikenali sebagai Dr. Yahya Maurice Bucaille berhasil membuktikan bahwa al-Quran adalah penuh dengan fakta-fakta sains sementara kitab Injil adalah sebaliknya.

“Sains dan Islam seumpama saudara kembar yang tidak boleh berpisah. Ini karena dalam Injil terdapat pelbagai kekurangan dari aspek saintifik tetapi tiada sedikitpun kekurangan seperti itu ada dalam al-Quran. “Al-Quran yang di dalamnya diceritakan segala penjelasan mengenai fenomena alam semula jadi yang sangat bertepatan dengan sains modern,” katanya.

Beliau memberikan kesimpulan bahwa tidak salah lagi al-Quran benar-benar kalam Allah!

Oleh sebab itu al-Quran memang sangat pantas untuk di imani.

Wallahu a’lam.

Kiriman: Sarwi @ngemplak
Editor: Kissparry @eswedewea
Ilustrasi: Google

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca