Arsip file kali ini mengetengahkan tulisan Hasprabu Patri awal tahun 2018 tentang Roh Organiasi dan Kaderisasi PATRI
Saat ini Hasprabu (nama pena) didaulat menjadi Lurah PATRI atau sebagai Ketua Umum (Ketum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Lurah merupakan sebutan yang biasa ia gunakan untuk mewakili sebutan Ketum.
Dalam kesempatan yang berbeda nama Hasprabu berubah menjadi Ibnu Sunarka, pasti ini ada kisahnya, yang dengan nama asli H.S. Pramono Budi, Ir. MM.

ROH ORGANISASI, KADERISASI 🇮🇩
PATRI secara kelembagaan adalah komunitas independen. Tetapi insan-insan kader PATRI yang ada di dalamnya mempunyai hak dan kewajiban sebagai insan politik. Hak memilih dan dipilih.
Secara realitas jumlah warga transmigran sangat signifikan, yaitu lebih 40 juta jiwa; sehingga sangat layak jika mereka mempunyai hak turut menentukan nasibnya.
Untuk dapat menjadi komunitas yang diperhitungkan, maka mau tidak mau anak keturunan trans yang tergabung dalam PATRI harus berbenah diri. Berbenah luar dalam.
Dari dalam, kader PATRI tidak boleh gamang, salah langkah, atau mati langkah dan ragu dalam menempatkan diri. Karena sejarah membuktikan, keberhasilan orang tua kita dicapai dengan jerih payah luar biasa.
Baca juga | Dari Perang Diponegoro ke Kolonisasi – Transmigrasi, Tinjauan Sejarah dan Menyoal Data
Selama 14 tahun (2004-2018) PATRI sudah cukup belajar, bagaimana mensiasati permasalahan. Dan itu menjadi bekal untuk menapak masa depan, bagai menapak jalan berbukit yang selalu terjal.

Baca juga | Mengenang GERTRANS 71-17 PATRI 2021, Lini Masa Kronologi Transmigrasi di Indonesia
Masalah internal kita lainnya, kaderisasi. Kaderisasi adalah nyawa keberlanjutan organisasi.
Walaupun tiap tahun dilahirkan intelektual dari kalangan warga transmigran, tapi mereka belum banyak tahu dan bersinggungan dengan persoalan Transmigrasi.
Termasuk, bagaimana genetis filosofis transmigrasi dan nilai kepatrian diwariskan. Pentingnya kaderisasi ini harus disadari oleh seluruh komponen pengurus PATRI disemua lini, agar eksistensi organisasi tetap lestari.
Dari luar, persoalan yang menggelayuti saudara dan orang tua kita warga transmigran tidak kunjung usai. Masalah yang paling krusial adalah status dan kepastian kepemilikan lahan.
Demikian pula, dengan adanya konflik yang bersumber kecemburuan sosial, selalu menjadi rongrongan di daerah tujuan transmigrasi.
Karena itu, para senior bersama komponen lainnya harus bersama-sama memikirkan solusi yang terbaik.
Transmigrasi masa depan bukan lagi sekedar proyek pemindahan, tetapi sebagai Gerakan Nasional Perekat Bangsa.
Saatnya Transmigrasi bertransformasi secara substansial. Gerakan Transmigrasi Zaman NOW.
KoDe, 04/01/2018
Hasprabu Patri


diunggah oleh Eswede Weanind
editor Lik Kasjo