Sahabat Kissparry, kali ini kami sajikan sebuah cerita yang dapat memberi inspirasi buat kita semua. Kisah seorang anak muda yang di PHK dari tempat kerjanya dan ingin mengubah hidupnya dengan cara lain, dari kota ke desa (hutan).
Sandalan, sekilas judulnya membuat bertanya-tanya, sebab kita tahu sandal atau sendal merupakan alas kaki, tetapi di sini Sandalan merupakan nama sebuah UPT atau unit perkampungan.
Naskah cerita selengkapnya seperti berikut ini.
Berbagi cerita

TEKNISI TRANS DARI SANDALAN
Sahabat PATRI seluruh Indonesia. Izinkan saya berbagi cerita. Ini pengalaman saya bertransmigrasi dimasa reformasi. Karena setahu saya ada transmigrasi dimasa kolonisasi, zaman Jepang, setelah kemerdekaan, masa orde baru, dan setelah reformasi.
Kisahnya dimulai bulan Agustus tahun 2016. Saya lupa tanggalnya, tapi waktu itu hari Senin. Saya dengan adik kandung saya bernama Uswatun Hasanah mencoba untuk mencari lowongan pekerjaan terbaru yang ada di Disnakertrans Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pada waktu itu saya baru kena PHK dari Kompas Gramedia group.
Ternyata lowongan pekerjaan terbaru di Disnakertrans belum ada. Saya dengan adik pindah ke bidang transmigrasi. Saat itu ternyata ada lowongan transmigrasi ke Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Namun ada 2 orang dari Jatim yang gagal berangkat. Saya dengan adik kandung langsung ikut mendaftar.
Singkat cerita kami sekeluarga, adik kandung sekeluarga, dan ibu kami ikut transmigrasi ke Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Saat itu saya belum pernah tahu apa itu transmigrasi. Sempat bimbang. Namun nekat berangkat.
Kami berangkat pada tanggal 11 Desember 2016. Saya dengan istri, anak usia 5 tahun, dan anak kecil usia 3 bulan. Dari Jember ke Surabaya naik kendaraan darat. Dilanjutkan naik kapal laut selama 6 hari 5 malam, dari Surabaya (Tanjung Perak) menuju Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara.
Setelah sampai Bitung dilanjutkan perjalanan darat 12 jam ke lokasi UPT Sandalan, Pohuwato. Sebelum berangkat ada pembekalan calon transmigran selama 6 hari.
Datang di lokasi transmigrasi dengan kondisi tanpa penerangan sama sekali. Akses jalan susah. Yang paling susah adalah beradaptasi dari suasana kota ke lingkungan hutan.
Sebagai salah satu transmigran yang masih muda, saya merasa harus berbuat sesuatu. Kami transmigran muda menginisiasi pembentukan forum komunikasi masyarakat Sandalan.
Untuk pertama kali. Bagaimana rasanya bekerja dari suasana kota yang hiruk pikuk beralih bekerja di hutan. Sebagai petani sekarang harus bekerja di lahan, naik turun lokasi transmigrasi dengan berjalan kaki. Kebetulan lokasinya berbukit.
Selain sebagai transmigran, saya ada pekerjaan formal pertama di Panwascam, sebagai pengawas desa. Ada pengalaman unik saat itu. Motor yang saya naiki terbakar habis.
Ceritanya, saat itu saya menggunakan motor Suzuki smash. Karena ekstrimnya lokasi transmigrasi, motor dibikin modif kongkor (protolan). Karena medan terjal knalpot patah, hingga mengeluarkan api dari knalpot dan menyambar tangki. Motor langsung terbakar.
Saat itu kaki ikut terbakar, tapi Alhamdulillah hanya sepatu dan celana. Karena peristiwa itu nama “Hamid” Panwas yang motornya terbakar jadi viral tahun 2018.
Saat ini pekerjaan yang masih dijalani sebagai operator sekolah. Selain itu juga bekerja di pemberdayaan pertanian, dan sebagai kepala unit usaha internet BUMDESma Panua Mandiri, Kecamatan Taluditi.
Kondisi warga kimtrans kami yaitu: Warga dari Jawa Timur sebanyak 20 KK, Lombok 10 KK, Jawa Tengah 10 KK, Jawa Barat 10 KK, dan transmigran lokal sebanyak 50 KK. Total total 100 KK. Saat ini (2022) jumlahnya sudah 165 KK.
Permasalahan di kimtrans saat pertama kali datang adalah lahan yang masih hutan. Padahal seharusnya sudah terbentuk lahan. Selain itu Kepala unit transmigrasi (KUPT) dalam 5 tahun ini mungkin hanya sekitar 10 kali menginap di lokasi UPT Sandalan. Sehingga kami seperti anak ayam kehilangan induknya. Hikmahnya kami belajar mandiri, terus berusaha, berdoa, dan tawakal.
Perkembangan kimtrans Sandalan yaitu, awal 2019 masuk listrik PLTS (pembangkit listrik tenaga surya). Kebetulan saya yang ditugaskan sebagai teknisinya. Kemudian pertengahan 2021 PLN masuk ke kimtrans.

Tetapi sinyal ponsel dan internet susah. Hal ini mendorong saya untuk mengusahakan internet WiFi. Alhamdulillah ternyata berjalan dengan baik.
Baca juga : Inilah yang Dilakukan di Hutan Bila Batu Baterai pada GPS Habis
Alhamdulillah. Yang sangat berkesan, nama “Hamid” saat ini terkenal di kecamatan lokasi transmigrasi. Ini semua insya Allah berkah keahlian yang diberikan Allah kepada saya.
Saya sebagai teknisi tenaga surya di lokasi UPT. Pengalaman menarik lainnya, Alhamdulillah November 2021 saya dengan istri berhasil mengikuti seleksi pelatihan profesi bidang komunikasi dan informatika yang diselenggarakan oleh BAKTI Kominfo. Mewakili Provinsi Gorontalo di Jakarta.
Sebagai Transmigran kami ingin membuktikan, bahwa seorang “Transmigran” juga bisa berprestasi, walaupun rumahnya masih di hutan.
Demikian, semoga cerita dan pengalaman ini ada manfaatnya bagi warga PATRI seluruh Indonesia.
Gorontalo, 04/02/2022
Penulis: Hamid, A.Md

Dikutip oleh Kissparry
editor Lik Kasjo