Penataan Museum Angkut mungkin dilakukan sejak lama, tetapi karena baru berkunjung lagi di tahun 2022, sehingga disampaikan disini penataan baru.
Museum Angkut di Kota Batu Jawa Timur ini masih menjadi tujuan wisata kami saat di Kota Malang, dan karena itu kami menginapnya selama di Malang juga di hotel yang berlokasi di Kota Batu, Hotel Seulawah Grand View.
Kunjungan terakhir kami di Museum Angkut yaitu pada penghujung tahun 2020, dan sebelumnya juga pernah mengunjugi museum tersebut saat awal-awal dibukanya obyek wisata ini, tahun 2018 juga berkunjung.
Adapun kunjungan kali ini yaitu pada hari kerja biasa, bukan akhir pekan, Rabu 10 Agustus 2022
Dikarenakan sudah pernah berkunjung tersebut, sehingga saat membawa kamera masih dikenai tiket Rp 30.000,- akhirnya kamera yang sudah dipersiapkan dikembalikan lagi ke dalam mobil.

Sekilas Museum Angkut
Museum Angkut merupakan museum transportasi dan tempat wisata modern yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur, sekitar 20 km dari Kota Malang.
Museum ini terletak di kawasan seluas 3,8 hektar di lereng Gunung Panderman dan memiliki lebih dari 300 koleksi jenis angkutan tradisional hingga modern.
Museum ini terbagi dalam beberapa zona yang didekorasi dengan setting landscape model bangunan dari benua Asia, Eropa hingga Amerika.
Begitu masuk area museum kita berada di Hall, yang saat ini setingannya sudah berubah, bukan hanya alat transpotasi lawas, tetapi juga ada yang moderen, seperti Toyata Innova Reborn yang dibelah.
Dilantai 2 (dua) gedung utama merupakan area alat angkut tradisional, kelautan, kereta api dan pembelajaran tentang transportasi.

Angkutan udara berada di lantai 3 (tiga), disini terdapat pesawat terbang Boeing 737-200 dan helikopter, juga terdapat simulator pesawat terbang.
Di Zona Sunda Kelapa dan Batavia yang merupakan Replika Pelabuhan Sunda Kelapa, dihiasi oleh beberapa alat transportasi kuno seperti becak dan miniatur kapal.
Zona Eropa juga di setting seakan-akan berada di jalanan kota-kota di Prancis dengan mobil-mobil kuno Eropa.

Selain mobil-mobil kuno, salah satu koleksi terbarunya adalah Mobil listrik Tucuxi milik mantan menteri Dahlan Iskan yang sebelumnya pernah mengalami kecelakaan di sebuah lereng gunung di Magetan saat baru diujicobakan.
Museum Angkut dikelola oleh Jawa Timur Park Group yang sebelumnya juga membangun Batu Secret Zoo, Batu Night Spectacular (BNS), Eco Green Park dan Museum Satwa. Museum ini didirikan pada 9 Maret 2014.

Biaya Masuk (Harga Tanda Masuk)
Untuk tiket masuk ke Museum Angkut sebesar Rp 80.000/Rp 100.000 dihari biasa dan Rp 100.000/Rp 110.000 diakhir pekan atau hari libur, disini juga ada tiket terusan (mungkin kita mendapatkan harga yang lebih murah atau harga diskon).
Harga tiket tersebut akan sebanding dengan fasilitas dan sajiannya, Anda saat di Museum Angkut, terlebih berkunjung saat ada pertunjukan di area BroadWay.

Wajah Baru (Penataan Baru)
Wajah baru di Museum Angkut yakni tentang informasi Kepolisian Republik Indonesia terutama tetang lalu lintas di jalan raya.
Selain itu juga ada anjungan Polda Jawa Timur.
Di lantai Hall ada anjungan Toyota dengan penampakan mobil Innova Reborn yang di belah, jadi bagi pengunjung bisa tahu mesin atau dalaman dari Innova Reborn.
Penataan ulang seluruhnya akan tergambar disini.

Akan melihat map-nya yang lebih jelas, silakan klik disini
Menarik untuk disaksikan yaitu pertunjukan akrobatik mobil tua. Pembawa acara akan memanggil 3 orang pengunjung yang berasal dari tempat yang berbeda.
Kali ini dari Kalimantan (Pontianak), Banten, dan Yogyakarta yang maju menerima tantangan untuk bersama para pembalap.

Pertunjukannya dimulai pukul 15:20 atau 03:20 PM, waktu itu nama pertunjukan Man On Fire, diawali dengan mobil pemadam kebakaran yang meninggalka tempat parkir, kemudian dilanjutkan pertunjukan lainnya.
Kita bisa menghabiskan waktu mulai selepas Dzuhur hingga menjelang Maghrib, atau bahkan mungkin bisa lebih malam lagi, sambil menikmati hidangan di pasar apung, sekitar 5 jam.
Tetapi, apabila ada agenda-agenda wisata ke tempat lainnya, masa kunjungnya bisa dipercepat.
Kunjungan kali ini, tidak mengunjungi d’Topeng dan Pasar Apung, saya datang pukul 13.30 dan keluar melalui gerbang kereta api Stasiun Kota, pukul 16.15, sekitar 3 jam.

Saat berada dalam gerbang kereta, kita seolah-olah berada dalam kereta api yang sedang berjalan, jika kurang keseimbangan silakan perpegangan.
Kami sangat merekomendasikan tempat ini untuk melihat perkembangan peradaban ditandai berkembangnya sarana transportasi.
Untuk kunjungan ke d’Topeng, maaf, kali ini kami lewatkan, dan pastinya saya pernah mengunjunginya.
Semoga bermanfaat
Salam
oleh Eswedewea
editor Kissparry