Sore ini saya menonton tv nasional Trans 7 memberitakan bahwa sosok ternama Lesti Kejora mencabut laporan kejadian KDRT atas dirinya.
Saya lantas teringat pesan Ketua RW saya, begini pesannya suatu waktu pada suatu pertemuan, jika ada konflik warga, jotos jotosan antem anteman ojo kesusu laporan Polisi mundak kasuse kedowo dowo. Tur malah dadine ora kepenak kabeh.

Misal harus laporan ya sampai ke Bhabinkamtibmas saja, lalu bagaimana jika itu terjadi dalam keluarga yang sekarang dikenal KDRT? Ya podho wae, masalah bisa diselesaikan internal keluarga, nek perlu ya sampai RT wae wis beres ya ora usah tekan RWne.
Pisan meneh ojo laporan polisi, kasuse dadi dowo bisa ngentekke bondho bau, kobol kobol kabeh.
Bagaimana jika dikaitkan laporan KDRT versi Lesti Kejora, walah walah aku ora meh komen. Kita hanya membayangkan bagaimana orang yang dicintai masuk bui. Terus cerita dengan anak anaknya kelak bagaimana.
Sedangkan mungkin masalahnya hanya tidak terlalu pelik harus sampai di tangan polisi.
Tentu hal ini menjadi pelajaran berharga untuk semua masyarakat, dan mungkin sepakat pesan ketua RW, jangan mudah terbawa emosi sesaat.
Apa apa dipikir sing dhowo, disareh sarehke, sing sabar ngadepi kahanan lan kasunyatan.
Kita semua dapat pelajaran berharga atas kasus Lesti Kejora tersebut, yang memolisikan suaminya sendiri, orang yang dicintai.
Apakah pencabutan laporan perlu mendapat acungan jempol? Silakan dijawab masing masing. Tetapi itu hal yang benar daripada kasusnya tambah panjang.
Namun yang terpenting yaitu silakan mengutamakan jalur damai daripada jalur polisi. Benar slogan polisi itu mengayomi dan melindungi masyarakat, tentunya lebih pada kamtibmas, bukan masalah pribadi, makanya ada Bhabinkamtibmas di setiap desa atau kelurahan.
Sekian, kita tunggu kabar selanjutnya di media mass.
Salam.