Pendakian Gunung Lawu yang Penuh Misteri, Kisah Nyata

Cuaca Cerah, Siang Mulai Pendakian

Pendakian diawali lebih awal di siang hari, cuaca saat itu sangat cerah, dengan harapan bisa menikmati suasana pegunungan di siang hari, dan perjalanan pendakian pun bisa lebih santai. Hal tersebut tentu dengan persiapan bekal yang lebih, disamping itu siap-siap jas hujan untuk persiapan kalau turun hujan.

Jarang sekali orang melakukan pendakian di siang hari, ini disebabkan semuanya harus serba ekstra untuk mengimbangi panasnya terik matahari di alam Indonesia yang berada di garis khatulistiwa.

Setelah berembug berdua (tim) dan memberitahukan (izin) kepada pemangku wilayah di Base Camp awal gunung Lawu Cemoro Sewu, selepas makan siang, pendakian diawali, hanya berdua saja, berangkat sekitar pukul 10.30 WIB, waktu ini mungkin masih tergolong pagi menjelang siang.

aAlif_GL_WP_20150204_003
Mendaki Gunung Lawu di siang hari

Dalam hitung-hitungan waktu, tim berharap sore hari sebelum matahari terbenam sudah berada di sekitar puncak Lawu.

Perjalanan pendakian lancar-lancar saja, karena ada burung penunjuk yang mengikuti tim pendakian, burung itu adalah burung Jalak Gading, menurut penjelasan dari pemangku wilayah (masyarakat setempat) apabila diikuti burung Jalak maka harus lebih waspada dan hati-hati.

Disamping itu, luruskan niat hanya mendaki gunung, harus selalu ingat pada Sang Pencipta yang Agung yaitu Tuhan, Allah SWT, tokoh tersebut mengingatkan.

“Kami memperhatikan burung yang mengikuti sejak dari awal pendakian, apakah ini yang dinamai burung jalak gading, o… hiya…., dan burung itu terus mengikuti”, aku dari Alif.

Burung ini tidak terbang panjang, tetapi terbang hinggap, terbang hinggap mengiringi langkah pendakian kami berdua, bahkan sampai-sampai pada saat tim istirahat, burung tersebut juga ikuti berhenti, jelasnya.

aGunungLawu_Alif_CT_3(8)
Berpose di Gunung Lawu

Terasa lelah istirahat sambil menikmati pemandangan alam yang indah dan menawan di sekeliling Gunung Lawu, tujuan pendakian di awali di siang hari agar bisa menikmati pemandangan alam yang luar biasa.

Baca juga : Puncak Gunung Tertinggi di Indonesia, Lokasi, dan Rute Pendakian

Risiko pendakian disiang hari yang paling menonjol yaitu menghalau panas terik matahari, karena dengan panas terik akan mengeluarkan banyak keringat dan dapat dikatakan butuh tenaga ekstra, juga butuh perbekalan yang cukup.

aIstirahat_WP_20150204_004
Istirahat melepas lelah, mencari tempat yang tinggi (Gunung Lawu)

Tibalah lokasi yang harus dihindari untuk istirahat lama ditempat ini, di area yang mengandung belerang. Ditempat ini disarankan tidak lebih dari 40 menit.

Suasana terang di Gunung Lawu, Lokasi Belerang

Sehingga sesuai pesan dari penjaga base camp agar tidak terlalu lama ditempat ini, tim segera melintasinya, karena kalau tidak tahan bau belerang maka perut bisa mual-mual, dan kemudian muntah-muntah yang pada akhirnya tubuh akan lemas.

Suasana mulai gelap di Gunung Lawu di lokasi yang sama (Lokasi Belerang)

Hari Mulai Gelap, Cari Tempat Istirahat

Sesuai rencana, tim pendakian yang hanya berdua, karena empat lainnya gagal berangkat, sejak awal merencanakan apabila suasana mulai gelap maka segera mencari tempat untuk beristirahat.

Perkiraan waktu tempuh sesuai rencana, dan masih cukup waktu untuk mencari lokasi yang lumayan nyaman untuk beristirahat, kebetulan sudah lepas POS 5 atau pos terakhir.

Akhirnya harus bersiap-siap untuk bermalam dan istirahat. Di depan warung yang tutup itu (teras) tim beristirahat dengan menambahkan jas hujan. Saat mulai bersiap istirahat, saat itu pula mulai ada keanehan-keanehan.

Meskipun begitu, tim tidak menuju ke warung Mbok Yem, yang saat itu juga masih buka, dan satu-satunya warung yang buka, karena warung lainnya sudah tutup.

aKabut_WP_20150204_010
Sebagian tempat mulai berkabut, Gunung Lawu

Setelah ini tim harus hemat baterei, dan sedikit hemat bahan makanan, karena ternyata perjalanannya siang hari lebih banyak menguras tenaga sehingga berpengaruh terhadap persediaan bahan makanan dan terutama minuman.

Namun tim sejak awal pendakian tetap optimis terkait makanan dan minuman, karena di puncak Lawu (3265 MDPL) ada warung yang buka berjualan makanan dan minuman, yaitu Warung Mbok Yem yang katanya buka 24 jam.

Tim pendaki sekitar pukul 16.30 WIB sudah berada di sekitar Sendang Derajat, berarti sudah di sekitar Hargo Dalem, setelah melihat peta (saat kisah ini diketik).

Disitulah tempat untuk mengambil istirahat, kebetulan ada warung yang tutup (sebelum warung Mbok Yem yang terkenal).

selanjutnya Misteri mulai bermunculan, Pages 3 atau kembali ke Pages 2

8 tanggapan untuk “Pendakian Gunung Lawu yang Penuh Misteri, Kisah Nyata”

  1. saya dua kali lewat jalur jogorogo, memang tidak direkomendasikan, jika ingin lewat jalur ini lebih baik bersama orang yang memang tahu medannya atau dengan penduduk setempat..

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.