Tersesat di Gunung Lawu karena Segenggam Bunga Edelweis

Kisah ini merupakan kisah kenangan tentang pendakian Gunung Lawu, yang tadinya menyatu dengan Pendakian Gunung Lawu yang Penuh Misteri, Kisah Nyata, namun dengan pertimbangan terlalu panjang tulisan yang pertama itu, akhirnya kami pecah menjadi seperti kisah yang akan Anda baca ini.

Iya… diantara pembaca mungkin sudah pernah membaca kisah ini, terutama pembacaan ulangan. Ilustrasi foto juga mengambil dari kisah yang sudah ada.

Tahun 1992-an KissParry mendaki gunung Lawu bertiga (saat ini personelnya sudah menyebar: Semarang, Tebo, dan Sekayu). Saat mendaki puncak Lawu, waktu itu sudah ada warung, tapi kalau tidak salah ingat bahwa warung-warung itu di sekitar Hargo Dumilah, sedangkan di Hargo Dalem belum ada warung.

aIstirahat_WP_20150204_004
Istirahat melepas lelah, mencari tempat yang tinggi (Gunung Lawu)

Basuh dengan Bilangan Ganjil

Sebelum berangkat salah satu anggota (KissParry Jambi) sempat ngobrol dengan penduduk setempat, penduduk setempat berpesan kalau ketemu sendang dan ingin membasuh muka/kaki, jumlahnya harus ganjil. Benar saja saat kami menemukan sendang.

Saking senangnya melihat airnya yang bening, tergoda untuk membasuh muka. Tapi lupa akan pesan penduduk di basecamp. Akibatnya kulit terasa tebal dan kaku. Aneh, tapi itu kenyataannya.

Segenggam Edelweis

Ada larangan (keras) kepada para pendaki agar tidak mengambil atau memetik bunga Edelweis seenaknya (dalam jumlah besar), bila ketahuan saat turun gunung membawa bunga yang satu ini maka akan diproses hukum, karena telah melanggar. Cara memeriksa bagaimana sebenarnya kami tidak tahu.

Beberapa peserta pendakian sengaja memetik beberapa bunga Edelweis kemudian dimasukkan ke dalam tas. Saat itu kami ada dua tim, kami bertiga dari Semarang dan dua orang dari Solo. Dikarenakan telah memetik bunga yang satu ini, diantara kami punya niatan untuk turun melalui jalan yang lain, akan turun di base camp Cemoro Kandang, tetapi setelah menuruni gunung yang dihadapi adalah lembah jurang terjal.

Diantara pendaki (kami) sempat diskusi cepat terkait kondisi yang dialaminya, hasilnya sebagian besar tetap ingin menuruni lembah itu. Namun hanya seorang yang ingin kembali, dan dia bilang dengan satu kata yang sampaikan “kalau akan menuruni silakan, kalau siap mati“, dan itu adalah saya, dan saya akan kembali ke jalan semula (KissParry Semarang).

Kami sempat adu pendapat, terkait bunga Edelweis, namun nampaknya ada yang ingat pesan warga di base camp Cemoro Sewu, mungkin saat memetik asal petik dan tidak meminta atau bilang minta, maka dia pun mengharap semua bunga Edelweis yang dipetik harus dibuang. Dan setelah bunga dibuang, akhirnya semua sadar akan apa yang akan dihadapi yaitu tebing terjal yang mungkin bisa mencelakakan.

Pesan yang kedua dari penduduk di base camp Cemoro Sewu yaitu, kalau akan memetik bunga edelweis, harus nembung atau bilang dulu sama penunggunya. Waktu itu kita asal memetik saja. Akibatnya kita tersesat. Setelah bunga yang kita petik dibuang, pikiran kembali jernih dan kita menemukan jalan pulang.

Coretan Spidol Permanen

Akhirnya semua mau kembali ke atas mengikuti saran dari KissParry (Semarang), dan untungnya saat itu jalan yang kami lalui, saya memberinya tanda dengan spidol permanen di pohon-pohon terdekat, bila tidak mungkin akan lebih lama menemukan jalan kembali keatas.

Dengan tanda spidol itu sehingga kami bisa kembali ke atas ke puncak Lawu, Argo Dumilah dengan selamat.

Meskipun ada yang berjualan di Puncak Hargo Dumilah, namun saat itu kami saat menaiki lagi gunung ke arah puncak hampir kehabisan bekal minuman. Dan akhirnya berlima kami selamat, bunga di tangan yang telah di simpan dalam tas terpaksa kami buang.

Dengan kejadian ini, akhirnya kami sampai di base camp gunung Lawu yakni di Cemoro Sewu terlambat, baru sekitar pukul 18.30 WIB sampai. Karena kejadian itu pula, angkutan umum yang akan mengangkut kami ke Kota Kabupaten Karanganyar sudah tidak ada lagi, dan kata seorang penduduk ada kendaraan yang turun tapi harus jalan kaki ke Tawangmangu.

Saat itu tidak seramai sekarang, mungkin sekarang jam tersebut masih ada angkutan umum ke arah Tawangmangu atau Kabupaten Karanganyar atau Solo.

Waktu itu, Puncak Hargo Dumilah bentuk tugunya tidak seperti sekarang, dahulu masih tugunya kecil dan dengan papan tertulis “HARGO DUMILAH“.

aArgoDumilah_puncakLawu_WP_20150205_072
Hargo Dumilah Puncak Gunung Lawu

Kembali dengan Tumpangan Truk Sayur

Akibat tersesat jalan di lembah lawu dan harus kembali ke Puncak Argo Dumilah, mengakibatkan perjalanan turun terlambat, yang seharusnya pukul 13.00-an sudah sampai di Basecamp, karena tersesat itu sampai basecamp sudah petang menjelang maghrib.

Sudah tidak ada angkutan umum yang melintas (Jurusan Sarangan ke Karanganyar atau Tlogo Sarangan – Tawangmangu). Ketika bertanya kepada penduduk setempat, katanya masih ada angkutan umum tetapi dari Tawangmangu (Karanganyar), dan waktu itu ojek juga sudah tidak ada. Biasanya masih ada truk atau mobil pengangkut sayur yang akan melintas, katanya.

Berlima, memutuskan jalan kaki dari Cemoro Sewu ke Tawangmangu, jarak yang harus ditempuh sekitar 9 km, jika berjalan kaki sekitar 2,5 jam. Kami pun mulai jalan, sambil tengok kalau ada mobil tumpangan yang lewat.

Kami masih untung ada tumpangan truk pembawa sayur mayur yang akan ke Karang Anyar, sehingga kami berlima bisa kembali ke arah Karanganyar atau Solo, meskipun kami harus membayar tumpangan itu.

Salam Hangat untuk Sahabat Solo

Untuk kenangan itu, apabila dua orang teman kami yang dari Solo membaca tulisan ini coba silakan konfirmasi kepada penulis, yah sekedar untuk bernostalgia, tapi dia bukan orang jaman Now tapi jaman Old (seperti Kissparry juga). Salam kami untuk kalian berdua, semoga tetap sehat, sukses, dan semangat.

Waktu itu juga mencatat nama dan alamat, tetapi dicari belum ketemu.

BenQ Corporation
Base Camp rute awal pendakian ke Lawu, Cemoro Sewu

Dengan pengalaman mendaki Gunung Lawu tersebut, ketika KissParry Jr Alif hendak ke puncak Hargo Dumilah di Gunung Lawu, langsung disetujui dengan harapan ada gambar-gambar atau foto sebagai bentuk nostalgia.

Sewaktu mendaki dulu juga membawa kamera ber-klise, tetapi hasil cuci cetaknya sekarang tersimpan entah dimana.

Itulah sekelumit kenangan KissParry pada pendakian Gunung Lawu yang legendaris dan misteris sampai sekarang.


Baca Juga :


Catatan dari Kaki Gunung Lawu

Setiap pendaki puncak Lawu akan punya kisah dan catatan sendiri-sendiri, sehingga berbeda antara satu dengan yang lain, bahkan mungkin ada yang tidak punya catatan khusus alias biasa-biasa saja. Seperti ketika KissParry mendaki Gunung Merbabu, tiga kali mendaki seperti tidak ada hal-hal yang aneh.

Arah_GunungLawu_WP_20150204_013
Gunung Lawu (doc 20150204)

Kisah nyata yang dilakoni KJr dan ditulis sesuai dengan yang dialaminya. Keanehan kejadian yang serius itu hanya berlangsung antara pukul 16.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB, sebelum dan setelah itu biasa-biasa saja, namun kejadian yang singkat itu sudah membuat sedikit ketakutan, bahkan diakuinya sangat mencekam.

Di balik itu ada hikmah yaitu dengan semakin mendekatkan diri pada Allah SWT, Tuhan YME, bagaimana tidak, pendaki hanya bisa pasrah dan berdoa untuk keselamatan dalam pendakian, dan dilindungi dari bahaya dan gangguan.

Meskipun melihat bunga-bunga yang cantik menawan, termasuk Edelweis yang tahan lama, pendaki tidak ada keinginan untuk memetiknya.

Untuk pengalaman yang lain, yang dialami oleh rombongan KissParry, sampai mengeluarkan kata-kata “kalau ingin mati silakan lanjutkan ke lembah yang terjal itu, dan segera buang itu bunga Edelweis“, itu adalah kata-kata kasar dalam situasi yang sangat genting yang tidak menentu, agar peserta lain sadar akan bahaya yang sedang dihadapi, yaitu terperosok ke dalam jurang terjal.

Mungkin saja kalau tidak dengan kata sekasar itu, kawan-kawan yang lain tidak akan terpengaruh dengan peringatan tersebut, dan yang akan terjadi adalah kisah yang lain atau mungkin kisahnya malah berhenti karena tidak bisa bercerita.

Oleh sebab itu jangan menentang alam dan bersahabatlah dengan alam, ingat selalu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT). Meskipun pesan warga sekitar seolah-olah hal yang seakan mengada-ada tetapi cobalah untuk memahami dan mengikuti saran dari warga setempat, biasanya pesan itu disampaikan saat di base camp.

Jangan mencari jalan lain dalam mendaki gunung, karena mencari jalan lain hanya akan mengakibatkan bencana dan musibah, dan apabila jalan yang Anda lalui ternyata jalan buntu, maka segera kembali, jangan dipaksakan untuk menerobos jalan buntu. Dan tugas mencari jalur baru adalah merupakan tugas para profesional pendaki, itupun harus dikawal oleh masyarakat atau tokoh setempat.

Semoga bermanfaat.

Ilustrasi gambar atau foto tidak ada kaitannya dengan kisah yang disajikan, semata-mata hanya untuk mengisi tulisan.

KissParry (WN)
Editor EswedeWea

Iklan

Satu respons untuk “Tersesat di Gunung Lawu karena Segenggam Bunga Edelweis

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.