Kenangan Mendaki Puncak Gunung Merbabu via Kopeng – Salatiga

Sudah tiga kali Kissparry Wea mendaki gunung Merbabu melalui jalur Kopeng Salatiga Jawa Tengah, namun yang sampai di puncak Merbabu hanya sekali, dan itupun setelah baca-baca di internet ternyata baru tahu sampai Puncak Syarif, belum sampai puncak Kentheng Songo.

Pendakian yang tidak sampai puncak dikarenakan rombongan ada yang kedinginan kemudian yang sekali yang lain juga hanya sampai pos 3. Sebenarnya yang kedinginan akan berhenti ditempat itu sedang yang lain agar meneruskan pendakian, tetapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya semua berhenti disini.

Kopeng termasuk dalam wilayah Kabupaten Semarang dan bukan wilayah Kota Salatiga, tetapi untuk memudahkan dalam perjalanan menuju ke tempat tersebut maka Kissparry tuliskan seperti itu.

Untuk menuju ke Kopeng juga bisa ditempuh dari Magelang.

Sekilas Gunung Merbabu

Gunung Merbabu adalah gunung api pasif yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah.

Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Puncak gunung Merbabu pernah dibukukan berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut (mdpl), sedang pencatan terakhir puncak tertingginya dinamai Puncak Tringgulasi dengan ketinggian 3.171 mdpl, puncak dibawahnya bernama Puncak Kentheng Songo dengan ketinggian 3.157 mdpl, dan dibawahnya lagi Puncak Syarif 3.142 mdpl.

merbabu-4
Gunung Merbabu (wajah baru)

Dalam tiga kali pendakian kami menggunakan jalur yang sama, yaitu Thekelan, Kopeng, Kabupaten Semarang. Memilih Kopeng karena yang terdekat dengan Semarang, dan tempat ini termasuk menjadi tujuan wisata banyak orang.

Perjalanan ke Kopeng dari Semarang naik bus umum (AKDP) Jurusan Semarang – Solo dan turun di Salatiga (Pasar Sapi), kemudian dari Pasar Sapi (Salatiga) ke Kopeng (Kabupaten Semarang) menggunakan jasa angkutan umum bus kecil (di sini juga ada Angkudes), turun di pasar Kopeng. Di Kopeng bisa bersantai dan rekreasi ditempat ini sambil menyesuaikan diri dengan kondisi suhu udara yang dingin.

outbond-di-kopeng-treetop
Wahana Kopeng TreeTop Adventure Park
a_Kopeng_WP_20141126_003
Desa Wisata Kopeng (Taman Wisata) Kabupaten Semarang

Merbabu juga masuk kawasan Kabupaten Boyolali, yaitu Kecamatan Selo, bahkan dari tempat ini lebih menarik lagi, Selo bermakna sela-sela dari Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, bila dari arah Boyolali di sebelah kiri Gunung Merapi dan sebelah kanan Gunung Merbabu.

Teras_Boyolali_20131228_0524
Kecamatan Teras Kab Boyolali (Taufik latar Gunung Merapi – Merbabu)

Jalur pendakian ke Merbabu melalui Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali juga ada yang terkenal dengan jalur Selo, dan jalur ini paling ramai. Anda bisa mendaki ke Merapi atau mendaki ke Merbabu.

aNew_Selo_Kissparry14
New Selo – Jalue Pendakian Merapi (Pic. Kissparry Jr), Plalangan Selo Boyolali – Jawa Tengah

Kissparry untuk mendaki Gunung Merbabu memilih melalui Kopeng, karena tempat ini yang relatif dekat dengan Kota Semarang. Apalagi saat itu pergi ke Kopeng menggunakan angkutan umum.

Dari Kopeng banyak alternatif jalur pendakian ke Merapi, namun waktu itu yang kami ketahui hanya Thekelan, karena memang sistim informasi tidak seperti sekarang yang sudah sangat maju dan mudah diakses. Inilah jalur yang bisa kita pilih ketika berada di Kopeng Salatiga.

Waktu Pendakian.

Pendakian gunung Merbabu yang sampai ke puncak yaitu pelaksanaan pendakian tanggal 31 Desember 1992, sehingga dilakukan saat pergantian tahun baru.

1 Januari 1993 pagi telah sampai di puncak gunung Merbabu.

Jalur Utara Merbabu fix-1
Mendaki Gunung Merbabu melalui jalur utara Merbabu (via Kopeng)

Jalur Pendakian Thekelan

Thekelan adalah nama daerah di Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Namun karena lebih banyak berada di kawasan Salatiga maka tak jarang disebut juga jalur pendakian dari Kota Salatiga.

Setelah makan siang di warung makan di Kopeng, kemudian kami pergi ke Thekelan dengan berjalan kaki, yang jelas nikmati saja perjalanan ke tempat basecamp di tempat tersebut. Perjalanan mengambil waktu sudah lepas dhuhur menjelang ashar agar tidak kepanasan di jalan.

Setibanya di Thekelan langsung mampir warung setempat sambil melaporkan terkait dengan rencana pendakian gunung Merbabu, penduduk setempat sudah paham bila ada pendatang baru ke Thekelan dan membawa bekal maka dipastikan akan mendaki Merbabu lewat Thekelan.

Gerbang Jalur Pendakian Via Tekelan
Gerbang Jalur Pendakian via Thekelan Kini, waktu mendaki tempoe doeloe belum ada tulisannya seperti ini

Pemilik warung menyarankan untuk mendaki sekitar pukul 21 malam, dengan harapan fajar atau setidaknya saat matahari terbit sudah berada di puncak. Yang pasti pendakian malam hari lebih banyak temannya.

pos-pemancar-gunung-merbabu-peta
Pos Pemancar Gunung Merbabu & Peta (doc. Desa Thekelan)

Jalur Thekelan satu komplek dengan jalur Cuntel. Keduanya nanti akan bertemu di Pos Pemancar (menara). Sebenarnya antara jalur Thekelan dan Cuntel tidak jauh berbeda baik dari tingkat kesulitan maupun pemandangannya, namun keduanya memiliki keunggulan masing-masing.

Jalur pendakian via Thekelan kita akan menemui tebing besar (jarang ada pemandangan tebing di pendakian Merbabu). Spot tersebut akan kita temui saat menuju pos 3. Selain itu juga ada pos Watu Gubug yakni batu yang sangat besar.

Pesan Penting dari BaseCamp

Banyak sekali himbauan dari Basecamp berkait dengan pendakian gunung Merbabu yang dipesankan kepada kami, apa saja itu.

  • Dilarang memakai pakaian berwarna merah atau hijau, termasuk asesorisnya, kalau membawa bendera merah putih bagaimana? sebaiknya disimpan dulu didalam tas.
  • Dilarang berbicara kotor dan dilarang mengeluh
  • Dilarang buang air sembarangan
  • Sampah disimpan untuk dibawa turun
  • dan lain-lainnya

Perbekalan

Perjalanan ke puncak akan memakan waktu sekitar 6 – 7 jam sehingga diperlukan bekal yang cukup, sehingga kalau waktunya dikalikan dua menjadi 12 – 14 jam, belum lagi waktu ketika di puncak.

Tim Kissparry pun telah mempersiapkan bekal antara lain roti kering, roti basah, air mineral dalam botol, panci untuk memasak air untuk minum ataupun untuk makan instan (mie instan) dan nasi putih sudah membawa dari bawah, beli di basecamp. Sumber api menggunakan parafin dan spirtus, ya… kala itu belum ada kompor gas portable.

Pendakian memakan waktu lebih panjang dari yang diperkirakan, disamping rasa kantuk dan cuaca yang sedikit ekstrim. Menjelang fajar baru lepas dari Geger Sapi, dan kami pun shalat subuh di lereng dekat pertigaan, sekaligus berhenti ditempat tersebut untuk menikmati suasana matahari terbit.

Pukul 06.30 baru tiba di Puncak Syarif, setelah berfoto-foto dan menikmati suasana puncak, kemudian menyalakan parafin untuk memasak air untuk bikin teh panas dan kopi, lalu memasak mie instan untuk teman sarapan nasi yang telah dibawa dari basecamp. Saat mendaki juga membawa bekal kering tempe ditambah ikan teri, sehingga tujuan memasak mie instan adalah untuk tambah penghangat.

Ketika sudah sampai Puncak Syarif, hampir 2 jam untuk masak dan sarapan kemudian tim sepakat segera turun dan tidak ke puncak yang lain seperti ke puncak Kentheng Songo, mengingat waktu yang tersedia, sehingga ketika sampai di Kopeng tidak kehabisan angkutan umum.

Mengingat berangkat mendaki perjalanan malam, maka tidak sempat berfoto-foto untuk ambil obyek yang bagus, dan baru ketika turun bisa ambil foto obyek yang dikehendaki.

Inilah sekilas kisah untuk mengenang kembali pada pendakian Gunung Merbabu.

Terima kasih.

Kissparry (kenangan masa)
Editor Kissparry Wea

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.