Sangiran mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, meskipun belum pernah menginjakkan kaki di Sangiran, sejarah atau pelajaran sejarah sudah mengantarkan kita untuk mengenal yang namanya Sangiran. Ditempat inilah ditemukan fosil-fosil manusia purba.
Di Sangiran didirikan Museum Manusia Purba (Sangiran Early Man Site) yang dahulu dikenal dengan Museum Purbakala. Untuk menuju Sangiran rutenya cukup mudah, ketika Anda perjalanan dari Solo ke arah Purwodadi melewati tugu gading gajah setangkep atau sepasang, berhentilah, disinilah kita telah sampai Desa Sangiran.

Ini sama dengan kalau Anda akan ke Sangiran arahkan perjalanan ke Solo terlebih dahulu (dari Solo hanya serjarak sekitar 15km) ke Gemolong, Sumber Lawang Sragen atau Purwodadi.
Situs Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Secara geografis luasnya yang mencapai 78 km2 ini meliputi tiga kecamatan di Sragen (kalijambe, Plupuh dan Gemolong) dan termasuk Kecamatan Gondangrejo yang berada di Kabupaten Karanganyar.
Ruang Pamer Museum Sangiran
Ruang pamer Sangiran terdiri atas tiga bagian, yang masing-masing memiliki tema sendiri-sendiri.

Ruang yang nyaman dengan pendingin udara yang sejuk membuat kita betah berada di ruang pamer tersebut.
Bila ingin melihat atau mengetahui sejarah manusia zaman dahulu, termasuk makhluk hidup (hewan) dikala itu silakan berkunjung ke Sangiran.

Tiket Masuk (Karcis) dan Jam Kunjungan
Harga tiket masuk diberlakukan di lokasi situs Sangiran, namun dengan harga terjangkau, Rp 5.000,- perorang untuk pengunjung lokal dan Rp 11.500,- perorang untuk pengunjung asing.
Tarif parkir juga terjangkau, sepeda motor Rp 2.000,- dan mobil Rp 5.000,- – Rp 10.000,-.
Ingat harga tersebut diatas sewaktu-waktu mengalami perubahan.
Jam kunjungan adalah pukul 08.00 hingga 16.00 waktu setempat, setiap Selasa hingga Minggu, sedangkan hari Senin museum tutup kecuali ada perjanjian khusus dengan pengelola.
Sejarah Sangiran
Situs Sangiran di Sragen masuk ke dalam Warisan Dunia (World Heritage) yang terdaftar di UNESCO dengan nomor sertifikat C. 593 tanggal 6 Desember 1996 melalui proposal, verifikasi dan sidang penetapan di Kota Marida, Meksiko, yang dilakukan UNESCO secara aklamasi dan diberi nama “The Sangiran Early Man Site”.
Sejak saat itu Situs Sangiran bukan saja untuk bangsa Indonesia, tetapi juga telah menjadi hak milik dunia.
Situs Sangiran berada pada bentang Solo Depression yang dibatasi oleh Gunung Lawu di timur dan Gunung Merapi-Merbabu di barat, serta Pegunungan Kendeng di utara dan Pegunungan Sewu di selatan. Situs ini merupakan sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran.
Secara geomorfologis, kubah ini terbentuk oleh proses pengangkatan akibat tenaga endogen dan kemudian bagian puncak kubah terbuka melalui proses erosi, sehingga membentuk cekungan besar di pusat kubah yang diwarnai oleh perbukitan bergelombang. Pada cekungan itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau, ditinjau dari aspek paleoantropologis, paleontologis, geologis maupun arkeologis.
Di Situs Sangiran terekam rangkaian lapisan litologi yang lengkap serta berkelanjutan mulai sejak akhir Kala Pliosen Atas hingga lapisan resen. Mulai dari formasi Kalibeng yang tertua berumur sekitar 2,4-1,8 Juta tahun berupa lempung biru dari lingkungan laut dalam. Diatasnya adalah formasi Pucangan yang berasal dari Kala Plestosen Bawah berumur 1,8-0,73 Juta tahun berupa lahar serta endapan lempung hitam berfasies vulkanik dan rawa.
Disusul oleh formasi kabuh yang berasal dari Kala Plestosen Tengah berumur 0,73-0,20 Juta tahun berupa endapan pasir fluvio-volkanik yang mencerminkan lingkungan daratan. Setelah itu adalah formasi Notopuro yang berasal dari Kala Plestosen Akhir berumur 0,25-0,12 Juta tahun berupa lahar dan pasir-gravel fluvio-volkanik. Di bagian paling atas Situs Sangiran berupa endapan resen alluvial Kali Cemoro, Brangkal dan Pohjajar.
Kissparry