Sikunir, desa tertinggi di Jawa menawarkan keindahan alamnya, terutama saat matahari terbit, sehingga banyak sekali masyarakat yang ingin menikmanti indahnya sang surya muncul di langit timur.
Desa tertinggi di Pulau Jawa tersemat untuk Sikunir yang letaknya di Dataran Tinggi Dieng, ketinggiannya mencapai 2463 mdpl. Disini merupakan surganya menyaksikan keindahan dan moleknya matahari terbit (sunrise), sehingga hampir setiap hari ada yang datang kesini untuk menikmati matahari terbit.
Tak menyiakan waktu, kami saat berada di Wonosbo selama dua hari untuk sebuah acara, meluangkan waktu pagi subuh menuju ke Sikunir, setidaknya untuk menikmati suasana dinginnya pagi di Sikunir, Sembungan, sebuah negeri diatas awan.

Pokoknya sampai disini kita benar-benar akan memanjakan pandangan kita, hamparan awal di kaki kita yang biasanya awan akan terlihat diatas.
Alhamdulillah pagi ini (23/10) tidak turun hujan, sehingga benar-benar sangat senang dan damai dalan sanubari, sesuai informasi yang disampaikan oleh salah seorang penduduk Sikunir.
Baca juga : Indahnya Matahari Terbit di Sikunir Sembungan, Desa Tertinggi di Pulau Jawa, Dataran Tinggi Dieng
Hamparan awan putih pagi ini benar-benar memikat, kemudian ada gundukan puncak gunung menambah suasana semakin memukau.
Di Sikunir ini juga dikenal sebagai tempat matahari terbit (sunrise) terindah di Asia, wow, keren banget ya, tentu momen tersebut kita dapatkan tidak mudah.

Lebih jelasnya kita akan mendapatkan pemandangan alam yang luar biasa saat matahari terbit di Sikunir, yaitu apabila cuaca cerah.
Baca juga : Jalan-jalan ke Sembungan Village Sikunir, Desa Tertinggi di Pulau Jawa, Sunrise Tercantik di Asia
Di Sikunir dan sekitarnya banyak home stay atau rumah singgah yang dapat disewa dengan tarif yang bersahabat. Harga standar rata-rata sekitar Rp 300.000,-, dan kita bisa menentukan pilihannya sendiri sebagai tempat untuk menginap.

Baca juga : Kawah Sikidang Dapat Dikunjungi dari Kejauhan Lewat Pintu Belakang

Baca juga :






Semoga menjadi referensi Anda saat di Wonosobo
oleh Dewi Fatmawati
editor Eswedewea