Peran Sunan Kalijaga (Wali Songo)
Bodho kupat atau kupatan juga dikenal syawalan atau bodho syawal merupakan tradisi dikalangan orang Jawa, bersamaan dengan itu biasanya juga membuat lepet dan apem. Syawalan atau kupatan dilaksanakan tujuh hari setelah hari raya lebaran.
Masyarakat Jawa mempercayai bahwa Sunan Kalijaga adalah orang yang berjasa dalam hal mentradisikan kupat beserta makna filosofis yang terkandung dalam makanan khas ini.
Secara filosofis, makanan khas “Kupat” ini memiliki banyak makna. Di antara makna itu adalah :
a. Kata “kupat” berasal dari bahasa Jawa “ngaku lepat” (mengakui kesalahan). Ini suatu isyarat bahwa kita sebagai manusia biasa pasti pernah melakukan kesalahan kepada sesama. Maka dengan budaya kupatan setahun sekali ini kita diingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita masing-masing, kemudian rela untuk saling memaafkan.
b. Bungkus kupat yang terbuat dari janur (sejatine nur) atau daun kelapa, ini melambangkan kondisi umat muslim setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan suci Ramadan secara pribadi-pribadi mereka kembali kepada kesucian/jati diri manusia (fitrah insaniyah) yang bersih dari noda serta bebas dari dosa.
Maka kemudian ada ungkapan Minal Aidin wal Faizin.
c. Isi kupat yang bahannya hanya berupa segenggam beras, namun karena butir-butir beras tadi sama menyatu dalam seluruh slongsong janur dan rela direbus sampai masak, maka jadilah sebuah menu makanan yang mengenyangkan dan enak dimakan. Ini satu simbol persamaan dan kebersamaan persatuan dan kesatuan. Dan yang demikian itu merupakan sebuah pesan moral agar kita sama-sama rela saling menjalin persatuan dan kesatuan dengan sesama muslim dan seluruh bangsa.
Baca Juga : Sejarah dan Filosofi Kupat dan Lepet
Jenis dan Bentuk Kupat (Ketupat)
Agar bervariasi dan tidak menimbulkan kejenuhan, sekaligus hiburan, biasanya kupat dibuat dalam berbagai bentuk atau jenis. Dengan berbagai bentuk tersebut besarnya kupat bisa bervariasi dan hal tersebut bisa disesuaikan selera perut masing-masing.
Bentuk kupat yang kami sajikan, adalah bentuk atau jenis kupat yang ada disekitar kami yang memang benar-benar dibikin kupat untuk disantap, dan bukan untuk manambah variasi kupat. Nama juga menggunakan nama yang kami kenal.
1. Kupat Sinto
Ketupat ini merupakan ketupat yang sudah lazim atau banyak ditemukan, juga biasanya bentuk kupat yang paling banyak dibuat oleh masyarakat kampung.
Bentuk ini pula yang biasa dijual di pasar-pasar, baik slongsong atau kupat masak.
Mengapa disebut kupat Sinto?
Kami belum bisa menjelaskan… tunggu saja…

2. Kupat Bawang
Bentuk kedua yang sering dibuat adalah kupat bawang. Mungkin karena bentuknya seperti bawang sehingga namanya disebut ketupat bawang.


Kupat juga dibuat oleh warga di luar Jawa, yakni di Kalimantan (Tenggarong). Sudah dapat dipastikan biasanya keturunan Jawa.
3. Kupat Tumpeng (Kupat Tumpi)
Bentuk ketupat seperti tumpeng yang dikenal kalangan orang Jawa, sehingga namanya kupat tumpeng. Isi dari kupat tumpeng lebih besar dari kupat yang lainnya, cocok untuk yang suka makan besar.

4. Kupat Luar
Berikutnya adalah kupat luar. Disebut kupat luar karena bentuknya ringkas, keluar dari biasanya, bentuknya juga kecil. Cocok disantap oleh kaum wanita, yang biasanya suka diet.

5. Kupat Kodok (Katak)
Kupat kodok memang bentuknya seperti kodok atau katak. Membuat kupat ini caranya cukup mudah.

Itulah beberapa jenis ketupat atau kupat yang sering dibuat oleh masyarakat Boyolali Jawa Tengah.
Baca Juga : Sejarah dan Filosofi Kupat dan Lepet
Semoga dapat menambah wawasan, dan bermanfaat untuk pengetahuan. Namun boleh dipraktikkan. Dan terima kasih untuk para kontributor Kissparry di Tawangsari Teras Boyolali dan Tenggarong Kalimantan. (KP)
Semoga bermanfaat
by Kissparry
Editor Kissparry Wea
Besok, saat ke Boyolali, bertepatan dengan Lebaran Kupat (Bodho Kupat), saya kasih foto yang bagus-bagus ya
SukaSuka
This is ggreat
SukaSuka