Obyek Wisata Wilayah Tengah
Sragen
Dimaksudkan wilayah tengah Sragen adalah yang berada di Kecamatan Sragen atau Sragen kota, atau pusatnya pemerintahan di Kabupaten Sragen.
Termasuk dalam lingkungan wilayah tengah dengan batas radius 5 – 6 km, sehingga Kecamatan Sragen ada yang diluar wilayah tengah, namun beberapa kecamatan yang berdekatan dengan Alun-alun Sragen masuk ke dalam wilayah tengah.
Alun-alun Sragen
Alun-alun Sragen terletak di pusat kota Sragen, ada berada di Kelurahan Sragen Tengah, terletak di Jalan Sukowati atau Jalan Raya Solo – Ngawi. Ditengah alun-alun terdapat air mancur.
Taman Kridoanggo dan
Tugu Pancasila
Kedua obyek ini masih berada di Jalan Sukowati, berdekatan dengan Rumah Dinas Bupati Sragen.
Taman Rekreasi Air Tirta Sari dan
Taman Bunga Sukowati
Taman Rekreasi Air Tirta Sari dan Taman Bunga Sukowati letaknya berdekatan, terletak di Jl Dr Sutomo atau Jalan Raya Gesi – Sragen, bertemu dengan Jalan Ring Road Utara.
Kolam Renang dan Obyek Wisata
Kartika
Kolam renang dan obyek wisata Kartika, melalui Jl Veteran sebelah timur Alun-alun Sragen, melewati perempatan Kartini silakan terus saja. Lokasi ini sudah dalam wilayah Karangmalang, tetapi masih di tengah Sragen.
Kolam Renang Tirto Widoro
Kolam renang ini terletak di Jl Jendral Sudirman, Kelurahan Sragen Wetan. Untuk sampai ditempat ini bisa melalui Jl Ahmad Yani (setelah pasar) atau melalui Jl Letjen Sutoyo (sebelum Tugu Adipura).
Elok Waterpark
Obyek wisata ini terletak di Pilangsari RT.17 RW.V, Kec. Ngampal, di Jl Kauman, sebelah timur Sragen sebelum terminal Sragen (tentu ini dari arah barat), kalau dari arah timur berarti setelah jalan menuju terminal.
Obyek wisata ini masih dekat dengan Jalan Raya Solo – Ngawi (Jl Raya Sukowati), dari Alun-alun kota sekitar 3,5 km kearah timur mengikuti jalan raya utama.
Kolam Renang Doeng Cuo
Kolam renang ini berjarak sekitar 4 km dari pusat Sragen, meskipun berada di sebelah selatan Sragen, kami masukkan kedalam wilayah tengah. Lokasinya berada di Karangmalang, Jl Sumeni yang merupakan terusan dari Jl Setia Budi, atau Jalan Raya Sragen – Batujamus (KM4).
Obyek Wisata Wilayah Barat Sragen
Lokasi wisata yang berada di barat laut bisa dikelompokkan di sebelah utara ataupun sebelah barat, tergantung rute yang digunakan. Terkait dengan barat, tengah, timur, utara, selatan hanya berdasar peninjauan dari peta saja.
Seperti Watu Pawon Sambiroto, tempat ini berada di barat laut dari Sragen, dan dalam informasi ini kami masukkan dalam kelompok wilayah barat.
Lokasi sekitar Kecamatan Kalijambe ada Sangiran dan Ngebung, serta Bukuran
Museum Manusia Purba Sangiran
Museum Manusia Purba Sangiran merupakan salah satu ikon wisata di Sragen, disamping wisata disini juga ada pembelajarannya terkait dengan purbakala, biasanya tempat ini ramai dikunjungi oleh pelajar. Namun masyarakat umum yang berkunjung juga tidak sedikit.
Untuk sampai ke Sangiran, jalan raya utamanya adalah Jalan Raya Solo Purwodadi lebih kurang 15 KM dari Solo, sebelum Gemolong, tepatnya berada di Kalijambe.
Lokasinya berada di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Namun sebenarnya Sangiran berada di 4 Kecamatan, yaitu
Kalijambe, Plupuh dan Gemolong, serta Gondangrejo (Karanganyar).
Sangiran Museum Manusia Purba (Sangiran Early Man Site) termasuk situs yang dilindungi dunia melalui UNESCO dengan nomor sertifikat C. 593 tanggal 6 Desember 1996 dengan nama “The Sangiran Early Man Site”.

Meskipun dilindungi yang sebagian besar tidak boleh disentuh atau dipegang, ada beberapa situs yang boleh disentuh oleh pengunjung, bahkan diberi petunjuk SENTUHLAH AKU.
Tiker masuk Rp 5.000,- perorang untuk pengunjung lokal, sedangkan untuk orang asing (wisman) Rp 11.500,-
Baca juga : Sangiran Museum Manusia Purba
Menara Pandang Museum Sangiran
Tidak jauh dari Sangiran Museum Manusia Purba terdapat menara pandang Museum Sangiran, yakni lebih kurang 1 KM sebelum masuk museum Sangiran. Ketika Anda akan sampai di Sangiran akan dijumpai penunjuk arah menuju museum atau menara pandang.
Uniknya menara ini berbentuk rumah moderen dengan anak tangga yang berliku untuk mencapai tempat tertingginya atau ke bagian atas yang dinamakan menara pandangnya, bahkan dilantai dasar terdapat mini studio yang dapat menayangkan berbagai dokumentasi berkenaan dengan Sangiran.
Di studio mini dilengkapi dengan pendingin udara yang membuat lebih nyaman, juga audio visual yang moderen. Kursi pengunjung terbuat dari kursi kayu khas tempo doeloe.

Sebaiknya ketika Anda mengunjungi museum juga tidak melewatkannya berkunjung ke menara pandang.
Tujuan berkunjung ke menara pandang yaitu untuk mengetahui keadaan sekitar Sangiran yang terkenal dengan Kawah Sangiran, yang kala itu merupakan area lautan yang akhirnya berubah menjadi daratan.
Bila Anda hendak menginap di Sangiran, dilakosi ini tersedia Wisma Sangiran, rumah joglo khas Jawa Tengah yang disiapkan beberapa kamar untuk tamu yang ingin bermalam atau bersantai.

Bila Anda rindu dengan rumah Joglo, ketika di Sangiran silakan mampir ke menara pandang.

Jadi jangan membayangkan seperti menara-menara yang terlihat menjulang dengan bangunan kecil tinggi, namun menara pandang disini berbentuk rumah tinggal.
Museum Klaster Ngebung
Lokasi museum Sangiran Klaster Ngebung juga tidak terlalu jauh dengan museum Sangiran (Manusia Purba), bahkan wilayahnya masih menjadi satu dengan menara pandang Sangiran. Desa Ngebung Kecamatan Kalijambe Sragen.
Mengapa ada klaster tersendiri dan tidak menjadi satu dengan Sangiran, ya memang ada karakteristik di wilayah ini, meskipun masih satu komplek atau saling berdekatan.
Desa Ngebung dikenal sebagai “bengkel” sangiran Flakes Industry. Didesa ini ditemukan beberapa bukti bahwa manusia Jawa telah mampu membuat alat batu. Temuan alat batu pertama di Ngebung adalah serpih dari bahan Kalsedom dan Jasper, yang ditemukan tahun 1934 oleh G.H.R van Koenigswald.
Berikutnya R.P Soejono menemukan kapak penetak (choper) dalam ekskavasi tahun 1979. Penelitian tahun 1989-1994 oleh Tim Indonesia-Perancis menemukan Kapak Pembelah (Cleaver), Kapak Penetak, batu pukul (percuator), dan bola andesit (stone ball).

Klaster Ngebung memiliki nilai sejarah yang signifikan, karena disanalah lokasi pertama kali dilakukan penggalian secara sistematis dengan hasil yang menakjubkan. Penemuan jejak manusia purba berupa mitos yang berkembang dimasyarakat dijelaskan dengan lengkap dan disertai display koleksi temuan-temuan fosil dari klaster Ngebung.