Sahabat Kissparry, ayo kita tengok indahnya Pulau Lihaga salah satu destinasi wisata di Sulawesi Utara.
Pulau Lihaga merupakan pulau yang tidak berpenghuni terletak di Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Eksplor kali ini mengutip sepenuhnya dari Medcom.id melalui msn.com/id.

Suara burung menghantarkan pagi menjelang siang. Sebotol soda dengan sedikit kudapan di tangan jadi peneman sepanjang perjalanan.
Nyanyian alam memanggil di dermaga tepian Desa Serei. Sebuah kampung di pesisir Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
“Brrr…,” tak henti-hentinya. Frekuensinya terdengar lebih merdu dari vibra seorang diva. Deburannya terasa menyejukkan.
Tak berselang lama, suara mesin kapal pun sudah menyala, tanda tim Manado Scuba siap membawa.
Sepanjang perjalanan menuju ke Pulau Lihaga, sebuah pulau di lepas pantai Minahasa Utara itu, jajaran puncak pegunungan seperti sebuah lukisan dalam kartu pos. Tepian pegunungan memeluk erat birunya laut.
Likupang juga belum lama menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas yang Juli 2019 lalu ditetapkan oleh Presiden Jokowi. Tak salah memang, kecantikannya alamnya sungguh menggoda.

Menyentuh kepingan ‘surga’
Lima belas menit, kurang lebih kapal menghantarkan tim Medcom.id bersama dengan rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam rangka “Promosi Pariwisata pada Media Nasional” Kamis, 28 November 2019 lalu ke pulau berpasir putih dan halus, bernama Lihaga.
Sebuah pulau dengan luas 5,8 hektar berpasir putih. Menjajakkan kaki, seperti jari-jemari kaki tenggelam dalam bedak bayi. Begitu halusnya. Terhampar bersih. Birunya laut menyatu dengan birunya langit.
Sepanjang pantai juga rindang dengan banyaknya pohon ketapang. Sejak dibuka pada Oktober satu tahun silam, pulau nan cantik ini jadi salah satu destinasi wisatawan domestik dan mancanegara untuk berwisata.
Sebuah klub pantai bernama Lihaga Beach Club, sedang dirintis PT Karyadeka Alam Asri. Perusahaan yang juga memiliki destinasi wisata di Tomohon seperti Danau Linow, Puncak Tetetana, dan Bukit Doa.

Terdapat kafe outdoor dengan atap kanopi, kedai dari peti kemas, kamar mandi dan tempat untuk ganti baju. Dan nantinya Pulau Lihaga akan lengkap menjadi pusat selam dan ditambah fasilitas kolam renang.
Manager Operasional Lihaga Beach Club, Theopilos Poling bilang bahwa pulau ini satu-satunya di Sulawesi Utara yang memiliki klub pantai.
Perusahaan operator pulau ini menetapkan tarif masuk Rp50 ribu untuk wisatawan domestik dan Rp100 ribu untuk wisatawan mancanegara. Dan bebas menggunakan payung-payung serta bean bag di tepian pantainya.
Theo memaparkan sementara belum ada penginapan atau resor di pulau ini. Tapi, katanya pengunjung boleh kamping gratis sementara belum dikenakan biaya.
Selain itu ada juga hal yang menarik, jika beruntung Anda juga bisa melihat tukik (anak penyu). Theo bilang ia pernah melihat video wisatawan yang membantu melepaskan tukik-tukik kecil itu. “Di sini memang banyak satwa, mulai dari burung seperti gagak, walet, serta burung-burung sejenis rangkong yang warnanya biru dan kuning. Bahkan, ada juga burung Maleo gosong. Pantai ini jadi tempat bertelur,” kata Theo.
Turis dari China, Italia, Jerman serta Spanyol katanya sudah mampir ke pulau nan cantik ini. Wisatawan asal China adalah masih yang terbanyak berkunjung ke sini. Theo mengatakan sedikitnya sekitar 1.000 turis datang setiap bulannya.
Ini berkat pengelolaan yang terbuka yang dilakukan manajemen pada perusahaan selam dan penyewaan kapal bagi wisatawan. Langkah ini sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat lokal.

Foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf
Waktunya menyelam
Selesai berbincang, rasanya sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana indahnya alam bawah laut di Pulau Lihaga ini. Banyak yang mengatakan bahwa keindahannya tak kalah dengan Bunaken.
Ditemani pemandangan nun jauh pulau-pulau kecil lainnya seperti Pulau Gangga, Tindila, Talisei, Kinabohutan, Komang, dan Bangka merangkul indahnya kepuluan. Ah, ingin cepat-cepat bersnorkeling dan melihat isi bawah lautnya.
Mengoles sunscreen, mengenakan masker, snorkel, livefest, disertai dengan berdoa, Temmy (29) dari Mando Scuba menghantarkan ke titik laut biru.
Menuruni anak tangga di ujung perahu, setengah badan sudah mulai mengambang. Mulailah berenang sambil menatap dasar laut. “Oh…, inikah kepingan surga di tanah Nusantara?” Sebuah pemandangan yang sungguh indah.

Foto: Dok. Satya Winnie Sidabutar/Instagram @satyawinnie
Jernihnya air dari atas bahkan bisa melihat genus karang Montipora, yang merupakan genus karang paling sering ditemukan mendominasi perairan dangkal.
Sejenak aneka rasa yang menggelayuti jiwa hilang, berganti dengan kekaguman. Karang bintang bulat dan aneka jenis karang keras. Warna-warni kuning, ungu, pink, biru, serta kekayaan alam bawah laut terhampar luas tiada bertepi.
Siput laut, cumi-cumi, ikan tuna, cakalang, moorish idol-si hitam, putih, kuning dengan sirip atasnya yang panjang, si cantik berwarna terang ikan mandarin, serta ikan giru (ikan badut atau yang banyak dikenal dengan ikan Nemo) tampak menari-nari. Bintang laut pun tampil dengan kecantikan yang menambah pesona bawah laut Pulau Lihaga.
Menjelajahi lautan… Sejenak jadi lupa daratan. Mungkin benar rasa ini, seperti kata Jean Paul F. Richter, “Surga adalah tempat di mana cinta bersemayam.”
© Yatin Suleha
telah terbit di medcom.id dikutip dari msn.com/id
diunggah oleh Eswede Weanind