Google Doodle hari ini merayakan Tarian Rangkuk Alu melalui laman pencarian Google, tarian tradisional masyarakat Manggarai Folres Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Google termasuk memerhatikan adat tradisional masyarakat Indonesia di wilayah tengah, yaitu Tari Rangkuk Alu.
Mengutip dari manggaraibaratkab.go.id,Tari Rangkuk Alu ini awalnya merupakan sebuah permainan tradisional masyarakat Manggarai Folres.
Dalam permaianan ini, bambu akan disusun dan dimainkan dengan cara diayunkan seperti menjepit oleh beberapa orang pemain.
Salah satu atau dua dari pemain akan melompat-lompat menghindari jepitan dari bambu ini.
Iklan
📌 Angkutan Darat Bandara Dhoho Kediri Dilayani PO Damri dan Harapan Jaya, Disamping Gojek dan Maxim
📌 Model Busana Pria Wanita di Hari Kartini 2019 dan Sepanjang Masa
📌 Lirik Lagu Antara Benci dan Rindu – Yang Hujan Turun Lagi, Ratih Purwasih | MP3, Plus Versi Disco Nella Kharisma
📌 One Day Tour Kereta Api Semarang Purwodadi Terbaru 2022 – 2023 | Kedung Cinta, Embun Bening
Kissparry.com
Pada saat melompat-lompat menghindari jepitan, para pemain seakan melakukan gerakan tari.
Dari situlah awal terbentuknya dari gerakan dasar Tari Rangkuk Alu ini.
Gerakan para penari dan pemain bambu ini kemudian dipadukan dengan irama musik serta lagu daerah sehingga akan menghasilkan seni yang khas, yakni Tari Rangkuk Alu.
Iklan
Dahulunya, tarian ini sering ditampilkan pada saat usai panen raya dan pada saat bulan purnama. Disaat itulah para remaja berkumpul dan juga meramaikan acara ini.
Tarian ini juga dikenal sebagai tarian bambu dari Manggarai, dapat dimainkan oleh orang dewasa ataupun anak-anak, laki-laki atau perempuan.
Lebih detilnya, dalam tari Rangkuk Alu, bambu disusun dan diayunkan seperti menjepit oleh delapan orang dan dua oranya melompat di atas bambu tersebut.
Saat melompat-lompat di atas bambu, pemain seakan melakukan gerakan seperti sedang menari.
Gerakan tarian dan pemain bambu tersebut kemudian dipadukan dengan irama pukulan gong dan gendang serta  lagu daerah, sehingga menghasilkan seni yang khas.
oleh Eswedewea
editor Suwarno Wardana