Tradisi Nyadran
Namanya saja tradisi, jelas belum tentu berdasarkan syariat atau tuntunan agama manapun, termasuk Islam, sebut saja tradisi nyadran di kalangan orang Jawa. Suatu tradisi bisa saja turun temurun dari generasi ke generasi. Contoh lain adalah tradisi halal bi halal di awal syawal atau saat hari raya Idul Fitri.

Apakah tradisi itu boleh dilakukan? Sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Rasul, insya Allah boleh dilakukan.
عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمِ الْآخِرَةَ
”Dulu aku melarang kalian untuk ziarah kubur. Sekarang lakukanlah ziarah kubur, karena ziarah kubur mengingatkan kalian akan akhirat.” (HR. Ahmad 1236 dan dishahihkan oleh Syuaib al-Arnauth).
Pelajaran yang terdapat dalam hadits:
1- Ziarah kubur, tujuan yang manfaatnya kembali kepada orang yang berziarah. Bentuknya mengingatkan orang yang berziarah akan kematian dan kehidupan dunia yang fana. Bekal utama mereka adalah iman dan amal soleh.
2- Ziarah kubur itu sendiri adalah sunnah, bila sesuai dengan tata aturan syari’at Islam. Di antaranya tidak menentukan waktu-waktu tertentu diulang pada waktu tertentu, dengan acara tertentu.
3- Tujuan yang manfaatnya kembali kepada mayit. Bentuknya adalah salam dari pengunjung dan doa kebaikan untuk mayit, serta seluruh penghuni kubur lainnya. Orang mati yang sudah tidak mampu menambah amal, dia sangat membutuhkan doa orang yang masih hidup.
4- Tentang status nyadran.
– Nyadran sejatinya reminisensi (kenangan) dari upacara Hindu.
– Nyadran dilestarikan oleh sebagian orang jawa dan menjadi adat mereka.
– Nyadran dilakukan di waktu tertentu, yaitu di bulan sya’ban, yang oleh orang jawa disebut wulan ruwah (Bulan Ruwah). Sebagian referensi menyebutkan, kata ruwah merupakan turunan dari kata arwah (ruh).
– Nyadran bukan semata kegiatan senang-senang, bergembira ria, namun ada unsur ritual tertentu. Keberadaan ritual ini tidak akan lepas dari keyakinan tertentu atau ideologi yang menjadi motivasi utama untuk melakukannya.
– Nyadran tidak hanya dilakukan kaum muslim, tapi juga selain penganut islam, seperti kejawen, hindu, dan penganut aliran kepercayaan lainnya.
5- Mengacu pada beberapa catatan di atas, kita beralih pada pembahasan hukum nyadran.
a- Dengan memahami tradisi nyadran, kita tentu sepakat nyadran 100% bukan ajaran Islam. Hanya saja, oleh sebagian orang Jawa diklaim sebagai bagian dari Islam. Mulai dari sejarah yang melatar belakanginya, hingga perjalanannya, bukti nyata nyadran bukan ajaran Islam. Bahkan sejatinya, nyadran merupakan reminisensi ajaran Hindu. Di sebagian situs berita dirilis, umat Islam dan katholik ‘Nyadran’ bersama.
b- Salah satu fenomena akhir zaman, yang dialami umat Islam, membeo kepada orang kafir dalam tradisi dan dan ritual mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ
“Sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan kaum sebelum kalian, sama persis sebagaimana jengkal tangan kanan dengan jengkal tangan kiri, hasta kanan dengan hasta kiri. Sampai andaikan mereka masuk ke liang biawak, kalian akan mengikutinya.” (HR. Bukhari 3456, Muslim 2669 dan yang lainnya).
Meskipun konteks hadis ini berbicara tentang orang yahudi dan nasrani, tapi secara makna mencakup seluruh kebiasaan kaum muslim yang mengikuti tradisi dan budaya selain Islam.
Sementara, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kaidah, meniru ritual orang kafir, apapun bentuknya, berarti telah meniru kebiasaan mereka. Dan tindakan ini telah melanggar peringatan dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من تشبه بقوم فهو منهم
“Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud 4031 – hadis shahih).
c- Nyadran dilakukan di waktu tertentu, yaitu bulan ruwah (sya’ban).
Masyarakat memilih waktu ini tentu tidak sembarangan. Ada keyakinan yang melatar-belakanginya. Jika tidak, mereka akan melakukannya di sepanjang tahun tanpa mengenal batas waktu. Dan karena itulah mereka menyebut bulan sya’ban sebagai bulan ruwah. Bulan untuk mengirim doa bagi para arwah leluhur. Bagian yang perlu kita garis bawahi di sini, nyadran dilakukan di setiap bulan sya’ban.
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallhu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا
“Janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagaimana kuburan. Dan jangan jadikan kuburanku sebagai ‘id.” (HR. Ahmad 8804, Abu Daud 2042, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf 7542 – hadis shahih).
Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:
1- Allah SWT ajarkan prinsip mendoakan saudara kita yang telah meninggal,
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
2- Orang-orang sukses yang tidak tertipu dengan dunia.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
[Surat Aal-E-Imran : 185]
3- Mestinya Ummat Islam lebih mentaati Nabinya daripada ibadah yang dibungkus seolah islami. Kenapa demikian?
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا [الأحزاب/36]
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS Al-Ahzab/ 33: 36).
Meskipin namanya nyadran, tetapi dari daerah atau kampung satu dengan daerah yang lain berbeda.
Nyadran di makam atau kuburan.
Nyadran kebiasaan masa lalu itu berpesta di makam atau kuburan, pesta yang bagaimana? yaitu menyembelih hewan kambing atau sapi, kemudian dagingnya di masak di makam tersebut dan dibagi-bagikan yang datang atau sengaja datang ikut, bahkan menunggui. Dan terjadilah makan-makan di makam, karena biasanya bersamaan dengan menanak nasi. Kalau nyadran model ini menjadi tanda tanya? Karena tujuan mendoakan orang yang telah meninggal atau ziarah kubur cukup jelas di sebutkan diatas.
Pembaca bisa menyimpulkan nyadran yang bagaimana yang diperbolehkan dan yang makruh bahkan sampai mengarah haram.
Nyadran di rumah, dengan model syukuran
Ada nyadran dengan cara memasak makanan kemudian dilakukan doa dimasing-masing rumah, dalam satu kampung tukar menukar makanan, sehingga nyadran bisa sampai larut malam, karena harus memutar seluruh rumah dikampung itu sambil membawa makanan.
Ada nyadran dengan model sekampung dan berkumpul disuatu tempat, masing-masing peserta membawa masakan makanan masing-masing kemudian tukar menukar makanan ditempat itu, tentunya diawali dengan ritual doa-doa.
Ada nyadran model perorangan, dengan cara mengundang dan mengadakan pengajian. Sebagai tuan rumah kemudian mengadakan jamuan makan dan orang yang hadir ketika pulang diberi makanan khas nyadran (apem, kue beras ketan)
Bagaimana Jika Bersih Kubur
Membersihkan kuburan dari ilalang, rumput liar, atau pohon yang tumbuh diarea kuburan atau makam sangat dianjurkan, agar tampak bersih dan tidak menakutkan. Hal itu bisa dilakukan setiap saat oleh ahli waris atau penjaga kuburan. Jelas bersih kubur juga tidak ada tuntunan dalam islam, namun ini juga boleh dilakukan, dan apabila kemudian dilakukan menjelang bualan ramadhan, apa boleh? Boleh.
Bersih kubur juga menjadi tradisi orang Jawa, dan biasanya dilakukan bersamaan atau hampir bersamaan dengan nyadran.
Bagaimana dengan Haul Akbar dan Doa Bersama
Ketika nyadran dianggap tradisi yang berlebihan dan salah arah, karena bisa saja mereka yang melakukan nyadran itu pesta pora (misal menyembelih kambing atau sapi), maka ada tradisi baru yaitu diadakan haul akbar dan doa bersama.
Haul dalam pembahasan ini diartikan dengan makna setahun. Jadi peringatan haul maksudnya ialah suatu peringatan yang diadakan setahun sekali bertepatan dengan wafatnya seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat, baik tokoh perjuangan atau tokoh agama/ulama kenamaan.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزور قتلى أحد في كل حول، وإذا لقاهم بالشعب رفع صوته يقول : السلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار. وكان أبو بكر يفعل مثل ذلك وكذلك عمر بن الخطاب ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم. [رواه الواقدي]
ما جلس قوم يذكرون الله تعالى فيقومون حتى يقال لهم قوموا قد غفر الله لكم ذنوبكم وبدلت سيئاتكم حسنات. [رواه الطبراني والبيهقي]
ذكر الأنبياء من العبادة وذكر الصالحين كفارة، وذكر الموت صدقة، وذكر القبر يقربكم إلى الجنة. [رواه الديلمي] اهـ الجامع الصغير : 158
وينبغي للزائرالاشتغال بالدعاء والتضرع والاعتبار بالموتى وقراءة القرآن للميت، فإن ذلك ينفع الميت على الأصح. اهـ [الفقه على مذاهب الأربعة 1/540]
Wallahu A’lam Bishawab
Semoga bermanfaat
diolah dari berbagai sumber dan pengamatan