Warga PATRI seluruh Indonesia. Idzin saya mengenalkan diri. Nama Jarnuji Umar (55), asal Karawang. Jika mengingat nama Karawang, kita tentu terbayang Puisi Chairil Anwar. Antara Karawang dan Bekasi. Puisi heroik jejak pejuang.
Semoga orang tua saya mewarisi semangat berjuang itu. Sehingga tetap tabah ikut bertransmigrasi ke Kalimantan Timur. Saat itu sekitar tahun 1978, saat saya umur 10 tahun.
Pertama kali meninggalkan kampung halaman, menuju tempat yang jauh. Permukiman transmigrasi. Usia 10 tahun memang usia anak-anak. Saat itu mestinya saya menikmati masa anak-anak. Menghabiskan waktu untuk bermain-main.
Tapi saat itu saya terpaksa berperan sebagai orang dewasa untuk membantu org tua. Bertempur membuka hutan, agar kehidupan tetap bisa berlangsung.

Kisahnya dimulai ketika menuju lokasi transmigrasi Kalimantan Timur. Rombongan calon transmigran dari Karawang Jawa Barat, merasa dibohongi petugas transmigrasi. Katanya kami akan dibawa ke Riau atau Jambi. Karena orang Jabar lebih suka dan dekat ke Sumatra. Selama perjalanan para orang tua heran. Kenapa naik kereta api ke arah ke Timur? Padahal Sumatera harusnya ke arah Barat.
Nah, kami baru tahu setelah tiba di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Ya sudah, kami pasrah. Tidak mungkin kembali lagi sendiri. Akhirnya kami berlayar dengan kapal laut ke Balikpapan.
Sampai di Balikpapan rombongan tidak diturunkan di pelabuhan, walau sekedar untuk melihat lihat kota Balikpapan. Entah apa alasannya. Mungkin dikhawatirkan ada yang kabur.
Dari pelabuhan Balikpapan kami langsung diangkut di kapal kelotok, menuju Sepaku, Paser. Perjalanan hampir satu hari menyusuri sungai yang berkelok-kelok. Pengalaman yang sangat berkesan, beberapa kali kelotok kami menabrak pohon Nipah di pinggir sungai. Peristiwa ini disambut teriakan dan tangisan penumpang. Rasa takut tak terkira.
Setelah sekian lama, sampailah Kami di Sepaku. Alhamdulillah hati mulai bahagia dan tenang. Karena ternyata sudah banyak warga trans berada di sana sebelum kami.
Alhamdulillah, kami mendapat rumah sangat sederhana dari kayu type 36. Beratap seng. Jika siang hari sangat panas rasanya. Kami juga dapat jatah hidup (Jadup) satu tahun. Bahkan ditambah lagi satu tahun, karena hasil bumi belum ada.
Alhamdulillah bercocok tanam luar biasa suburnya tanah Kalimantan Timur. Hasil padi gunung melimpah, sayur-mayur melimpah, pisang, singkong dan lainnya sangat melimpah. Kebutuhan sayur-mayur dan buah-buahan warga Balikpapan sangat terpenuhi dari petani Sepaku. Warga Balikpapan sangat berterima kasih kepada warga transmigran Sepaku.
Dari seluruh perjalanan hidup itu, ada hikmah yang sangat berkesan. Ternyata permukiman transmigrasi Sepaku dipilih menjadi Calon Ibu Kota Negara (IKN) Baru. IKN Nusantara.
Dahulu para warga transmigran tak membayangkan hal ini. Saya sendiripun bersyukur, karena diberikan karunia Allah yang sangat banyak. Diantaranya bisa sekolah sampai S2, diberi amanah sebagai Kepala Sekolah (SMA Negeri) di Samarinda.
Hikmah lainnya, bisa bertemu sesama anak keturunan Transmigran seluruh Indonesia, melalui organisasi PATRI. Dengan mengenang semuanya ini, tidak ada kata terbaik selain ucapan syukur kepada Allah.
Bangga menjadi Anak Transmigran.
Bangga menjadi warga PATRI.
Samarinda, 05/02/2023
Jarnuji Umar, M.Pd
disadur dari FB oleh Kissparry