Priiiiit…., Maaf Tunjukkan SIM-nya

    Priiiit…..

    Polisi menghentikan laju mobil yang menerobos lampu merah, disebuah persimpangan jalan.

    “Maaf, tolong tunjukkan SIM nya!”, kata Polantas. Dengan wajah kesal si pengemudi berkata “Maaf pak, saya tau kalau saya salah karena menerobos lampu merah. Tapi tolong, saya jangan di tilang, pak. Saya buru-buru karena hari ini anak saya ulang tahun”, kata Ari bernada cemas sambil menatap wajah si Polantas tersebut, yang ternyata adalah teman sekolahnya di SMA.

    “Lho .. kau kan si Tono, kita temen SMA dulu!”, kata Ari dengan nada lega.

    Tapi Tono si Polantas tersebut hanya senyum sambil tetap bersikukuh meminta SIM Ari.

    Dengan wajah kecewa Ari-pun memberikan SIM-nya kemudian langsung masuk ke dalam mobilnya dan menutup kaca pintunya rapat-rapat.

    Sementara Tono menulis sesuatu di kertas tilang. Beberapa saat kemudian, Tono mengetuk kaca pintu mobil Ari.

    Dengan ekspresi yang masih nampak kecewa Ari membuka kaca pintu mobilnya hanya sedikit, hanya cukup untuk Tono menyelipkan kertas tilang. Tono pun memberikan kertas lewat kaca yang terbuka hanya sedikit itu, lalu pergi tanpa berkata sepatah katapun.

    Sambil menggerutu karena kesal, Ari membuka kertas tersebut, tapi… “Hei…, apa ini? kenapa SIM saya dikembalikan? Dan… ini kertas apa…?”, gumam Ari.

    Segera Ari membuka kertas pemberian Tono tersebut, dan ternyata Tono tidak menilangnya. Tono justru menulis surat yang isinya : “Hai Ari, kau tau gak, dulu saya punya anak satu-satunya yang meninggal ditabrak oleh “Penerobos Lampu Merah”.
    Pengemudinya dihukum 9 bulan. Setelah bebas ia dapat berkumpul dan memeluk anaknya lagi. Sementara saya… saya tidak dapat lagi melihat apalagi memeluk anak saya…!
    Beribu kali saya mencoba untuk memaafkan pengemudi itu… tapi tidak bisa. Maafkan saya Ari. Hati-hati di jalan. Titip salam buat keluargamu dan selamat ulang tahun buat anakmu!”

    Tak terasa air mata haru menetes usai membaca surat Tono. Setelah Ari mampu menguasai perasaannya, Ari pun keluar dari mobilnya dan bergegas hendak menjumpai Tono di pos Polantas dekat traffic light. Namun ternyata Tono sudah tidak ada di pos Polantas tersebut.

    Selama mengemudi, sepanjang jalan, perasaan hati Ari tak menentu. Dalam hati dia berjanji akan mencari dan menemui Tono untuk minta maaf, karena telah berprasangka buruk, menganggap Tono sudah lupa dan tak mau lagi mengenal temannya.

    MORAL MESSAGE OF THE STORY:
    Tak selamanya pengertian kita, sama dengan pengertian orang lain.
    Terkadang 😂 “SUKA” kita, justru 😢 “DUKA” buat orang lain.

    Semoga Anda sayang dengan orang yang ada di sekitar anda, maka berbagilah cerita ini.

    “TAAT BERLALU LINTAS, CERMINAN MASYARAKAT CERDAS”
    (TERUTAMA YANG SUKA NAIK MOTOR JANGAN SUKA NEROBOS LAMPU MERAH YAA) 👍👍👍

    Semoga bermanfaat

    Sumber WA, tanpa menyebut sumber asal
    terima kasih untuk pemberi inspirasi. WN

    Tinggalkan Balasan