Tembang Sluku-sluku Bathok, sudah kita kenal sejak lama dan sering kita nyanyikan. Namun kala itu kita mungkin hanya hafal saja syairnya, tetapi arti dan maknanya masih kurang memahami.
Siapa pencipta atau penggubah lagu ini, dan mengapa menjadi lelagon dolanan anak-anak. Kalau membaca syair lagu tersebut maka tampak jika gubahan dari seorang yang memiliki falsafah yang tinggi luar biasa. Dari berbagai informasi, bahwa lagu ini gubahan dari Sunan Kalijaga (Wali Songo).

Oleh sebab itu berikut ini kami sajikan arti dan makna tembang Sluku-Sluku Bathok.
SLUKU-SLUKU BATHOK
Sluku-sluku bathok,
Bathoké éla-élo
Si Rama menyang Solo,
Oléh-oléhé payung mutho.
Mak jenthit lolo lo bah,
Yén mati ora obah
Yén obah medéni bocah,
Yen urip goléko dhuwit

Uraian Makna Lagu
Sluku-sluku bathok:
Hidup tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi seimbang. Bathok atau kepala kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya.
Bathoké éla élo :
Dengan berdzikir (éla-élo = Laa Ilaaha Ilallah), mengingat Allah, syaraf neuron di otak akan mengendur. Ingatlah Allah, dengan mengingat-Nya hati menjadi tentram.
Si Rama menyang Solo:
Siram (mandilah, bersucilah) menyang (menuju) Solo (Solat). Lalu bersuci dan dirikanlah shalat.
Untuk artinya (bukan makna) Si rama menyang Solo = Bapak pergi ke Solo (Surakarta)
Oléh-oléhé payung mutho :
Maka kita akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah, Tuhan kita.
Untuk artinya (bukan makna) Oléh-oléhé payung mutho = Oleh-olehnya payung orang mati.
Mak jenthit lolo lo bah :
Kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak dapat diprediksi, tak juga terkira. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat.
Wong mati ora obah :
Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang.
Yen obah medéni bocah :
Banyak Jiwa Yang-Rindu untuk-Kembali pada-Allah ingin minta dihidupkan, tapi Allah tak mengizinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya pasti menakutkan dan madlaratnya tentu lebih besar.
Yén urip goléko dhuwit :
Kesempatan untuk beramal hanya ada di saat sekarang (selagi mampu sekaligus ada waktu) bukan di nanti (ketidakmampuan dan hilangnya kesempatan), tempat beramal hanya di sini (dunia) bukan di sana (akhirat), di sana bukan tempat beramal (bercocok tanam) tapi tempat memetik hasil (panen raya).
Sekilas, nyanyian dolanan anak-anak ini menakutkan, karena menyebut orang meninggal dunia, kemudian ada juga oleh-olehe payung mutha yang seperti kita tahu payung mutha itu adalah payungnya untuk mengiringi orang yang meninggal dunia diantar ke kubur.
Semoga bermanfaat.

Selamat beraktifitas.
By LikKasjo (Sny) dari PATRI
Editor : Kissparry WN
Catatan: Telah terbit di blog ini dengan versi Portofolio Smart