Hari ini (22/09) Google Doodle memeringati hari ulang tahun yang ke-81 sang maestro Betawi, Benyamin Sueb, menurut Doodle hari ini adalah ulang tahunnya.
Benyamin Sueb atau yang lebih dikenal dengan Benyamin S merupakan sosok orang Betawi yang sukses mengangkat budaya betawi, antara lain lewat film Si Doel Anak Sekolahan yang masih terus tayang di layar kaca TV swasta nasional.

H. Benyamin Sueb, lahir di Batavia, 5 Maret 1939 – meninggal di Jakarta, 5 September 1995 pada umur 56 tahun.
H. Benyamin Sueb adalah pemeran (bintang film), pelawak, sutradara, dan penyanyi Indonesia. Benyamin menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film. Maka ia pantas disebut sebagai sang Maestro, yang serba pantas.
Kapasitas yang demikian ini membuat Google Doodle mengabadikannya di hari ulang tahunnya yang ke 81 pada hari ini, Selasa 22 September.

Sejarah
Seperti dikutip dari Wikipedia bahasa Indonesia, Sejak kecil, Benyamin sudah merasakan getirnya kehidupan. Bungsu delapan bersaudara pasangan Suaeb-Aisyah kehilangan bapaknya sejak umur dua tahun.
Karena kondisi ekonomi keluarga yang tak menentu, si kocak Ben sejak umur tiga tahun diijinkan ngamen keliling kampung dan hasilnya buat biaya sekolah kakak-kakaknya.
Benyamin sering mengamen ke tetangga menyanyikan lagu Sunda Ujang-Ujang Nur sambil bergoyang badan. Orang yang melihat aksinya menjadi tertawa lalu memberikannya recehan 5 sen dan sepotong kue sebagai imbalan.
Penampilan Ben kecil memang sudah beda, sifatnya yang jahil namun humoris membuat Ben disenangi teman-temannya. Seniman yang lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939 ini sudah terlihat bakatnya sejak anak-anak.
Bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang kakek, dua engkong Benyamin yaitu Saiti, peniup klarinet dan Haji Ung pemain Dulmuluk, sebuah teater rakyat – menurunkan darah seni itu dan Haji Ung alias Jiung yang juga pemain teater rakyat pada zaman kolonial Belanda. Sewaktu kecil, bersama 7 kakak-kakaknya, Benyamin sempat membuat Orkes Kaleng.
Benyamin bersama saudara-saudaranya membuat alat-alat musik dari barang bekas. Rebab dari kotak obat, stem basnya dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit. Dengan alat musik itu mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu.
Kelompok musik kaleng rombeng yang dibentuk Benyamin saat berusia 6 tahun menjadi cikal bakal kiprah Benyamin di dunia seni. Dari tujuh saudara kandungnya tercatat hanya Benyamin yang memiliki nama besar sebagai seniman Betawi.
Benyamin memulai Sekolah Dasar (dulu disebut Sekolah Rakyat) Bendungan Jago sejak umur 7 tahun. Sifatnya yang periang, pemberani, kocak, pintar dan disiplin, ditambah suaranya yang bagus dan banyak teman, menjadikan Ben sering ditraktir teman-teman sekolahnya.
SD kelas 5-6 pindah ke SD Santo Yusuf Bandung. SMP di Jakarta lagi, masuk Taman Madya Cikini. Satu sekolahan dengan pelawak Ateng.
Di sekolah Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika akan kenaikan kelas, ia mengancam, “Kalau gue kagak naik lantaran aljabar, awas!” Lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran. Sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, tetapi tidak tamat.
Baru setelah menikah dengan Nonnie pada 1959 (mereka bercerai 7 Juli 1979, tetapi rujuk kembali pada tahun itu juga), Benyamin kembali menekuni musik. Bersama teman-teman sekampung di Kemayoran, mereka membentuk Melodyan Boy.
Benyamin nyanyi sambil memainkan bongo. Bersama bandnya ini pula, dua lagu Benyamin terkenang sampai sekarang, Si Jampang dan Nonton Bioskop.
Karir
Benyamin mengaku tidak punya cita-cita yang pasti. Tergantung kondisi, kata penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini. Benyamin pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang ibunya.
Ia akhirnya jadi pedagang roti dorong. Pada tahun 1959, ia ditawari bekerja di perusahaan bis PPD, langsung diterima. Tidak ada pilihan lain, katanya.
Pangkatnya cuma kondektur, dengan trayek Lapangan Banteng – Pasar Rumput. Itu pun tidak lama. “Habis, gaji tetap belum terima, dapat sopir ngajarin korupsi melulu,” tuturnya. Korupsi yang dimaksud ialah, ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan.
Ia sendiri mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa. Sialnya, tertangkap basah ketika ada razia. Benyamin tidak berani lagi muncul ke pool bis PPD. Kabur, daripada diusut.
Sebenarnya selain menekuni dunia seni, Benyamin juga sempat menimba ilmu dan bekerja di lahan serius diantaranya mengikuti Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan (1960), Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964), bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969), dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969).
Setelah kemudian sukses dalam dunia hiburan yang membuatnya ia menjadi tokoh betawi yang legendaris.
Salam
oleh Eswedewea
editor Kissparry