Sudah beberapa kali mengunjungi Sam Poo Kong, klenteng di Dung Batu ini semakin menarik, karena buka hingga malam hari jadi semakin semarak.
Karena tugas sekolah untuk membuat laporan perjalanan wisata sebagai gantinya wisata ke Bali, Kissparry Jr berkunjung ke obyek wisata terdekat, tentu di Kota Semarang, diantaranya mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong, yang sebenarnya kurang pas karena masyarakat Bali sebagian besar menganut agama Hindu jadi ke pura. Setelah ini berkisah pura terdekat di Semarang.

Kunjungan sebelum ini, saat itu patung Cheng Ho masih tiduran dan belum berdiri seperti sekarang. Foto dengan latar belakang patung Cheng Ho dan Klenteng Sam Poo Kong utama.
Cheng Ho adalah seorang Laksamana (Jenderal angkatan laut) beragama Islam, sepeninggalannya Sam Poo Kong menjadi Klenteng untuk tempat ibadah agama Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu merupakan agama keenam yang diakui di Indonesia sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
Sekilas Sam Poo Kong
Keberadaan Sam Poo Kong tidak lepas dari peran Laksamana (Jenderal Angkatan Laut) Zheng He atau akrabnya disebut Cheng Ho, seorang tentara berkebangsaan China yang mendarat di pantai Semarang, tepatnya di Simongan yang kala itu masih berupa pantai.

Laksamana Zheng He (Cheng Ho) terlahir dengan nama Ma San Bao. Itulah mengapa klenteng / tempat petilasan untuk Zheng He menggunakan nama Sam Poo Kong. Dalam dialek Hokkian, Sam Poo Kong atau San Bao Dong (Mandarin) artinya adalah gua San Bao.
Asal muasal Klenteng Agung Sam Poo Kong adalah ketika armada Zheng He merapat di pantai Simongan – Semarang karena juru mudinya, Wang Jing Hong sakit keras.
Sebuah gua batu dijadikan tempat beristirahat Zheng He dan mengobati Wang Jing Hong. Sementara juru mudinya dalam proses penyembuhan dirinya, Zheng He melanjutkan pelayaran ke Timur untuk menuntaskan misi perdamaian pada masa pemerintahan Dinasti Ming dan saat itu juga melakukan perdagangan keramik serta rempah-rempah.
Selama di Simongan, Wang memimpin anak buahnya menggarap lahan, membangun rumah dan bergaul dengan penduduk setempat. Lingkungan sekitar gua jadi berkembang dan makmur karena aktivitas dagang maupun pertanian.
Demi menghormati pimpinannya, Wang mendirikan patung Zheng He di gua batu tersebut untuk dihormati dan dikenang masyarakat sekitar. Inilah asal muasal dibangunnya Klenteng Sam Poo Kong di Semarang, dikarenakan bangunan mirip dengan klenteng tersebut. Sementara itu Zhend He dan Wang dikenal beragama Islam.
Wang meninggal pada usia 87 tahun dan dimakamkan di sekitar situ dengan cara Islam. Sejak itu masyarakat menyebutnya sebagai Makam Kyai Juru Mudi. Ketika gua batu runtuh akibat longsor, masyarakat membangun gua buatan yang letaknya bersebelahan dengan Makam Kyai Juru Mudi.
Dalam perjalanannya, Klenteng Agung Sam Poo Kong sudah beberapa kali menjalani pemugaran. Selain karena situasi politik yang tidak menentu pasca kemerdekaan, banjir merupakan masalah utama yang dihadapi Klenteng Agung Sam Poo Kong.

Revitalisasi besar-besaran dilakukan oleh Yayasan Sam Poo Kong pada Januari 2002. Pemugaran selesai pada Agustus 2005, bersamaan dengan perayaan 600 tahun kedatangan Laksamana Zheng He di pulau Jawa.
Peresmian dihadiri oleh Menteri Perdagangan Indonesia – Mari Elka Pangestu datang ke Klenteng Agung Sam Poo Kong dan Gubernur Jawa Tengah – H. Mardiyanto.
Hingga sekarang Klenteng Agung Sam Poo Kong digunakan tempat peribadatan agama Kong Hu Cu, dan Patung Cheng Ho pun berdiri tegak ditempat ini.
Tiket Masuk
Untuk masuk ke kawasan Sam Poo Kong menggunakan model dua tarif, yaitu pengunjung domestik dan pengunjung berkebangsaan asing. Dan dibagi dua lagi dewasa dan anak-anak.
Pengunjung domestik dikenai tiket Rp 7.000,- /orang- dewasa hari biasa, hari libur (Sabtu/Minggu) Rp 10.000,-/orang. Sedangkan untuk anak-anak Rp 5.000,- /orang hari biasa, dan untuk hari libur (Sabtu, Minggu) Rp 8.000,-, selengkapnya silakan lihat tabel berikut ini.
WEEKDAYS | Masuk Area Wisata | Masuk Area Sembahyang |
Dewasa Anak-anak Foreign Adult Foreign Kids | Rp 7.000,- Rp 5.000,- Rp 10.000,- Rp 7.000,- | Rp 27.000,- Rp 15.000,- Rp 40.000,- Rp 25.000,- |
WEEKEND Dewasa Anak-anak Foreign Adult Foreign Kids | Masuk Area Wisata Rp 10.000,- Rp 8.000,- Rp 15.000,- Rp 8.000,- | Masuk Area Sembahyang Rp 28.000,- Rp 15.000,- Rp 45.000,- Rp 28.000,- |
Parkir motor Rp 3.000,- sekali parkir.
oleh Kissparry
editor Eswedewea