Ketika Terjepit Keadaan Keuangan: Kisah, Hikmah, dan Renungan

Renungan kali ini terinspirasi dari kisah seorang teman saat bercerita diacara halal bihalal sederhana disebuah warung tenda didepan E-Plaza Simpang Lima.

Makan bareng sambil berhalal bihalal sederhana, undangan juga hanya melalui pesan singkat, siapa yang mau datang mari kumpul bareng di warung tenda “GAMA” depan E-Plaza Simpang Lima, begitu ajakan dari seorang teman. Dan biasanya bila undangan seperti ini dapat dipastikan kita hanya tinggal datang saja, sedang untuk biayanya sudah ada yang menanggung.

Senja di sebelah barat SPBU (SPBM) Pertamina Teras Boyolali 2019

Sambil menunggu yang lain datang, biasa kami ngobrol sendiri-sendiri tanya ini dan itu, maklum dengan teman-teman ini jarang sekali ketemu. O… ya… teman-teman saya ini adalah teman sekolah atas dahulu, saat di SMEA Negeri 1 Semarang (Sekarang SMKN 2 Semarang) angkatan 1991 Akuntansi.

Kisah teman saya ini menginspirasi sehingga perlu kami bagi melalui blog ini, kisah teman saya yang mengundang untuk makan bareng, yakni ketika mereka terpuruk dan harus bangkit.

Pekerjaan ia sehari-hari adalah pengusaha (pemborong) yang boleh dikatakan sukses, banyak karyawan yang membantunya. Boleh dikatakan ingin apa saja dia bisa lakukan.

Namun, suatu waktu usahanya terpuruk, beberapa bulan tidak ada orderan sedangkan membayar karyawan tidak bisa, ingin membayar (mengangsur) pinjaman juga tidak punya uang.

Waktu terus maju bergerak tanpa mau mundur sedikitpun, dan ia harus memutar otak untuk mendapatkan kebutuhannya tersebut, setidaknya membayar karyawan yang segera dilakukan.

Ingin pinjam uang sudah tidak mungkin, karena pinjaman di bank sudah ratusan juta, apalagi pinjam sanak saudara atau sesama pengusaha melalui join sekalipun.

Pesan Guru

Teman saya itu datanglah ke seorang guru ngaji (ustadz), dan sesampai di tempat sang ustadz dia pun menyampaikan kisahnya dengan panjang lebar, dia meminta untuk mencari solusi atau pencerahan dari sang guru.

Oleh-oleh dari ustadz (guru)

Saran dan nasehat guru hanya sederhana, tetapi sangat mengena dan benar-benar menjadi pelajaran yang berharga.

  • jangan (mudah) menyalahkan orang lain
  • perbanyak istighfar (minta ampun)
  • introspeksi diri
  • jangan sombong
  • jangan tinggalkan waktu Subuh

Saat itu pula dengan bimbingan guru ia melafalkan istighfar, kemudian mulai mencari-cari apakah pada dirinya terdapat apa yang disampaikan oleh guru, yaitu rasa sombong, mudah menyalahkan orang lain. Dan segera buang jauh-jauh.

Namun dalam dirinya teman saya itu menyadari belum begitu mengerti harus berbuat apa, seperti apa yang disampaikan gurunya itu, sehingga guru terus memberikan penjelasan dan bimbingannya.

Waktu Subuh (Jangan Tinggalkan)

Maksudnya yaitu usahakan tidak meninggalkan jamaah shalat Subuh di masjid atau di mushola, dan amalan lain yang menyertainya. Karena waktu itulah, merupakan waktu-waktu yang mustajab dan waktunya Malaikat menebarkan rezeki.

Pesan Teman Baik

Setelah itu dia bermain ke tempat temannya untuk berkeluh kesah, dan mengutarakan keadaanya, Sabtu harus bayar karyawan juga mengangsur hutang jutaan rupiah yang segera jatuh tempo, sedang waktu tinggal beberapa hari lagi.

Sesampainya dirumah temannya itu ia kepada teman saya, kamu punya uang berapa sekarang, teman saya bilang ada uang Rp 90.000,- (sembilan puluh ribu), katanya. Hanya itu, ya.. hanya ini.

Uang sejumlah itu, untuk bayar angsuran hutang tidak cukup, untuk membayar karyawan juga tidak cukup, maka sebaiknya uang itu dibelikan sesuatu untuk diberikan orang-orang yang dipinggir jalan (perempatan) dia membutuhkannya.

Untuk kamu bisa pasrah kepada Allah SWT silakan uangmu itu diberikan kepada orang-orang diperempatan pinggir jalan yang membutuhkan (peminta-minta), boleh berupa uang atau makanan harus habis diberikan, dan lakukan ini dengan ikhlas sebagai sedekah, maka kamu nanti akan bisa merasakan pasrah kepada Tuhan, kata temannya.

Kamu jangan mikir besok makan apa, toh dirumah masih ada cadangan bahan makanan untuk beberapa hari, setelah itu lakukan apa yang disarankan pak ustadz tadi, atau sambil memeberikan sedekah sambil beristighfar.

Ia berfikir sejenak, lalu melaksanakan apa yang menjadi saran dari teman atau sahabatnya ini, yaitu uang Rp 90.000,- dihabiskan untuk sedekah tanpa sisa diberikan kepada orang dipinggir jalan (peminta-minta) yang membutuhkan. Benar juga uang ini tidak cukup untuk bayar angsuran hutang ataupun bayar karyawan, pikirnya, maka akan saya sedekahkan saja.

Temanku tersebut keliling seputar Kota Semarang untuk membagi-bagikan sedekah diperempatan jalan, saat itu hari Selasa.

Mengejutkan Membuat Menangis Sejadinya

Kamis sore, telepon berdering dan diangkatlah diterimanya telepon tersebut, ternyata telepon dari seorang yang akan memberi pekerjaan (job order). Ya… kejadiannya hanya selang sekitar dua hari.

Orang yang menelpon meminta bantuan untuk menghitung biaya suatu pekerjaan dan tentu dengan sketsa atau gambar.

“Maaf kalau dengan menggambar dua hari tidak cukup”, salah satu percakapannya dengan pelanggannya tersebut.

Pelanggan menjelaskan sudah ada gambarnya tidak perlu menggambar tinggal menghitung biaya yang dibutuhkan dan melaksanakannya pekerjaan tersebut.

Gambar dikirim lewat email (surat elektronik) kemudian dipelajari oleh teman saya dan dihitung biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Sekitar tiga jam waktu dibutuhkan untuk menghitung seluruh biaya yang harus digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, hasil perhitungan sekitar Rp 94 juta disampaikan kepada pelanggannya dan memperoleh balasan, oke pekerjaan untuk dilaksanakan. Teman saya meminta DP (uang muka) sebesar 50% atau sekitar Rp 47 juta.

Pada malam harinya mendapat kabar jika uang sejumlah Rp 94 lebih telah ditransfer ke rekeningnya, maka setelah dia mengecek sontak langsung sujud syukur dan menangis sejadinya, karena Allah telah menolong hambanya yang membutuhkan.

Maka keesokan harinya Ia pun bisa membayar gaji karyawan dan dapat mengangsur pinjaman di bank tempat mendapatkan pinjaman.

Dia pun tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada uang untuk membayar gaji karyawan dan mengangsur pinjaman di bank.

kisah ini akan dilengkapi beberapa saat lagi…

Keynote:
perbanyak istighfar (minta ampun kepada Tuhan)
jangan sombong
jangan suka menyalahkan orang lain
sedekah
jangan tinggalkan waktu subuh

oleh Indarsih Weanind
editor Eswedewea

One thought on “Ketika Terjepit Keadaan Keuangan: Kisah, Hikmah, dan Renungan

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Kissparry

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca