Mudik lebaran kali ini (8/6) untuk silaturahmi ‘balal’ dengan saudara di Boyolali, Teras, Desa Tawangsari, dikatakan mudik karena masa kecil saya berada disini.
Mudik lebaran kali ini sebenarnya biasa-biasa saja, bedanya hanya tidak setiap lebaran mudik atau pulang ke kampung halaman di Boyolali, tepatnya Dukuh Ngemplak Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Hal ini karena memang yang di kampung Tawangsari bukan ayah atau ibu kandung, melainkan paklek/bulek atau pakdhe/budhe.
Orang tua dulu silaturahmi keliling kampung dari rumah satu ke rumah yang lain disebut ‘balal’ atau ujung-ujung atau sekarang halal bihalal. Badhe tindak pundi pakdhe? Iki lho meh balal neng nggone lek carik, seperti itu.
Orang tua ayah/ibu sendiri dimana? Ibu (Parry) berada di Tenggulang Baru Kec Babat Supat Kab Musi Banyuasin, bila dikenal di blog ini yaitu Center Kissparry Tenggulang Baru, sedangkan ayah (Kiss) sudah menghadap Sang Khalik Illahi sejak September 1984, sedang pesareannya berada di Tawangsari Teras Boyolali. Jadi kalau ke Boyolali itu ya sekalian nyekar, atau bahkan nyekar (tengok kubur) ini menjadi tujuan utama.
Mudik lebaran ke Boyolali kali ini tujuan utama juga nyekar di pesarean ayah (Kiss), karena keponakan dari Boyolali sudah berkunjung atau lebaran di Semarang dua hari sebelumnya (Kamis 6/6) atau lebaran ke dua.
Disambut Suka Cita dan Syukur
Kehadiran keluarga Kissparry Semarang di Kissparry Boyolali tentu disambut dengan suka cita, alhamduillah akhirnya sampai juga di desa, sambut bulek saya, yang sebenarnya kehadiran itu sudah ditunggu semenjak sebelum puasa ramadhan, kok tidak datang-datang, katanya.
“Sak jane sing paling ditunggu kuwi sing enom-enom iki lho, tapi ya alhamdulillah bisa teka kabeh” kata bulek lagi.
